Ternyata ada 7 Pejuang Asing Ikut Membela Kemerdekaan Indonesia, Ini Alasannya

Kamis 27-07-2023,10:59 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

BACA JUGA:Sejarah Perang Padri, Puncak Revolusi Islam Minangkabau

Selanjutnya lelaki kelahiran Den Haag pada 21 November 1925 itu tercatat aktif sebagai gerilyawan Republik yang berjuang di wilayah Cianjur-Sukabumi pada 1949. 

Akibatnya, seperti dituliskan dalam otobiografinya: Kemerdekaan Memilih, militer Belanda terus memburunya dan coba menghilangkan nyawanya. Namun selalu gagal, termasuk suatu operasi khusus yang dilakukan oleh KST (Korps Pasukan Khusus Angkatan Darat Belanda) pada 10 Agustus 1949 di Cilutung Girang, Cianjur.

Shigeru Ono

Shigeru Ono (95), adalah pejuang Indonesia asal Jepang terakhir yang masih ada sampai beberapa tahun lalu. Tepat pada 25 Agustus 2014, Shigeru meninggal akibat penyakit tifus dan pembengkakan pembuluh darah. 

Semasa menjadi pejuang, selain ikut bergerilya di kaki Gunung Semeru, Jawa Timur, Shigeru juga tercatat ikut terlibat dalam pembuatan buku petunjuk khusus taktik perang gerilya bersama "Bapak Intel Indonesia" almarhum Kolonel Zulkifli Lubis.

BACA JUGA:Perang Jagaraga Bali, Belanda Berkali-Kali Kehabisan Pasukan

Banyak alasan yang membuat Shigeru enggan bertekul lutut kepada pihak Sekutu. Selain kata "menyerah" tak ada dalam kamusnya, rata-rata mereka melihat jasa orang-orang Indonesia kepada mereka kala memerangi pihak Sekutu.  

“Indonesia sudah banyak membantu Jepang. Kami ingin memberikan yang tidak bisa dilakukan oleh negara kami,” ujar Shigeru Ono dalam Mereka yang Terlupakan: Memoar Rahmat Shigeru Ono, Bekas Tentara Jepang yang Memihak Republik karya Eiichi Hayashi.

Demi membela tanah air barunya itu, Shigeru harus kehilangan tangan kanannya akibat ledakan mortir. Dan selama berjuang di wilayah Jawa Timur, dia menjadi buronan militer Belanda karena dinilai banyak merugikan mereka dengan segala aksi penyerangan pasukan yang dipimpinnya.

Abdullah Sattar

Bagaimana awalnya lelaki asal India, sekarang masuk wilayah menjadi Pakistan itu bergabung dengan kekuatan pasukan Republik di Medan. 

Namun menurut jurnalis sejarah Muhammad TWH, Sattar membelot dari BIA (British India Army) dengan membawa puluhan anak buahnya dan persenjataan lengkap

. Oleh para petinggi tentara Republik di Medan, pasukan pembelot ini kemudian dibuat kompi tersendiri dalam Batalyon I.

BACA JUGA:Suku-Suku yang Pernah Berperang dengan Nabi Muhammad SAW

“Sattar sendiri selain menjadi komandan kompi juga dijadikan komandan Batalyon I Resimen III Divisi X dengan pangkat mayor,”ungkap Muhammad TWH.

Kategori :