RADARMUKOMUKO.COM - Perang Aceh termasuk perang yang cukup panjang, berlangsung mulai 1873 sampai tahun 1910. Perang ini antara Kesultanan Aceh melawan penjajah Belanda.
Tidak berbeda dengan perang di berbagai daerah lainnya, penyebabnya, karena masyarakat Aceh tidak ingin wilayahnya dikuasai oleh penjajah.
Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII, awalnya Belanda melakukan perjanjian damai dengan Aceh.
BACA JUGA:5 Peristiwa Sejarah Menyebabkan Ka'bah Ditutup, Mulai Dari Perang Hinga Covid 19
Namun, pemerintah kolonial menyadari Aceh menjadi wilayah penting untuk jalur perdagangan. Akhirnya Aceh melanggar perjanjian kemudian memulai penyerangan.
Belanda membawa pasukan perang sampai 3.000 orang dan mendatangan kapal-kapal perang. Perang dipimpin oleh Mayor Jenderal Kohler pemimpin pasukan.
Serangan pertama dimulai di ibu kota Aceh, Masjid Baiturrahman. Perang melawan pasukan Belanda ini berlangsung selama dua minggu.
BACA JUGA:Suku-Suku yang Pernah Berperang dengan Nabi Muhammad SAW
Sampai akhirnya Belanda berhasil menduduki istana. Namun, perjuangan Belanda menaklukkan istana sia-sia karena Sultan Aceh dan keluarganya berhasil melarikan diri.
Sultan pergi ke daerah Lueng Bata di Aceh. Advertisement Mengutip dari buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) perang Aceh terus terjadi hingga tahun 1912.
Pahlawan wanita Cut Nyak Dien berjuang dalam perang Aceh, sampai akhirnya menyerah di tahun 1905. Kemudian perlawanan dilakukan oleh pejuang wanita lain yaitu Tjut Nyak Meutia.
Namun, Tjut Nyak Meutia gugur dalam perang di tahun 1910. Perang Aceh terus terjadi di tahun 1912 meski banyak pemimpin yang gugur di medan perang.
BACA JUGA:9 Perang Besar Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, Nomor 8 Pasti Ingat
Perang Aceh berakhir setelah Belanda memakai strategi devide et impera. Strategi devide et impera atau politik adu domba. Strategi ini digunakan untuk memecah kedua belah pihak.
Hal menarik yang membuat Penjajah kewalahan melawan Aceh, karena perang ini menimbulkan ketegangan dalam masyarakat Aceh. Hingga kampanye perang ini dengan melawan musuh yang merusak sendi-sendi agama Islam.