Pabrik Sedang Butuh TBS Petani, Harga Menjulang

Selasa 18-10-2022,13:00 WIB
Editor : Radar Mukomuko

RADARMUKOMUKO.COM – Sejak beberapa waktu terakhir, terjadi penurunan produksi buah sawit kebun masyarakat atau ngetrek. Tidak tanggung-tanggung penurunan hasil panen petani 30 hingga 50 persen dari biasanya. Fakta ini terlihat dari pemandangan yang ada hampir di semua pabrik, tidak banyak kendaraan pengangkut TBS yang antri, bahkan kabarnya beberapa pabrik terpaksa tutup lebih awal, karena tidak ada buah yang akan diproduksi. Kondisi ini juga agaknya berdampak pada persaingan harga beli pabrik terhadap buah masyarakat. Dimana rata-rata saat ini pabrik membuka harga diatar Rp 2000 per-kg.

Rincian harga di masing-masing pabrik, dimana harga tertinggi di pabrik PT. GSS Rp 2.090 per-kg, diikuti PT. USM, PT.SAPTA dan PT. SAP, masing-masing kompak membeli buah Rp 2.080 per-kg. Berkutnya di PT. KSM dan BMK Rp 2.060 per-kg. Terus pabrik PT.MMIL dan PT.SSS membeli TBS dengan harga Rp 2.030 per-kg. Harga terendah di pabrik PT.DDP Rp 2000 per-kg dan PT.KAS Rp 2.010 per-kg.

Kadis Pertanian Mukomuko, Apriansyah,ST,MT mengakui berdasarkan data terbaru, saat ini harga TBS di semua pabrik sudah diatar Rp 2000 per-kgnya. Menurutnya sejak beberapa waktu terakhir sawit tengah mengalami tren kenaikan. Ini dipengaruhi oleh kenaikan harga CPO dan juga kemungkinan besar karena terjadi penurunan produksi buah kebun masyarakat.

‘’Pembelian buah oleh pabrik tidak jauh beda dengan ketetapan tim, yang jelas belakangan ini memang terus terus terjadi kenaikan. Bisa jadi juga dampak dari penurunan buah sawit masyarakat,’’ tuturnya.

Salah seorang petani, Asep mengakui sekarang buah sawit sedang ngetrek, penurunan hasil panen juga cukup jauh. Fenomena seperti ini menurutnya selalu ada setiap tahunnya. Ia juga mengakui saat ini pabrik sawit lebih sepi, bahkan informasinya banyak pabrik yang tidak bisa memenuhi target produksi setiap harinya.

‘’Semua kebun mengalami trek saat ini, ada yang turunnya sedikit dan ada yang hampir 50 persen. Maka wajar sekarang pabrik sepi dari antrian kendaraan bongkar buah,’’ tuturnya.

Masih dikatakannya, kenaikan harga saat ini tetap tidak banyak membantu masyarakat, karena hasil produksi turun. Tambah lagi belakangan ini sawit kekurangan pupuk, bisa jadi kondisi kekurangan buah akan cukup lama.

‘’Sekarang harga naik saat sawit ngetrek, akhirnya harga tidak juga banyak membantu meningkat ekonomi masyarakat,’’ tutupnya.(jar)

Kategori :