RADARMUKOMUKO.COM - Lebih kurang sekitar satu bulan, Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar makin sulit ditemukan.
Khususnya wilayah Kecamatan Ipuh sekitar dan Kecamatan Pondok Suguh sekitar.
Termasuk wilayah Kecamatan Putri Hijau. Karena sulit didapat harga BBM jenis solar ini juga melambung di tingkat pengepul.
Para pengepul tetap nekat berjualan.
Meskipun dihantui resiko hukum. Jika tidak ada pengawasan ketat dari pihak yang terkait.
Tidak menutup kemungkinan kesempatan ini dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Dampaknya tetap para petani. Karena ongkos angkutan naik.
Sementara Seorang petani sawit wilayah Ipuh, Ali Marsadat mengatakan, imbas kelangkaan BBM jenis solar ini.
Ongkos angkutan naik tak terkendali. Sehingga membuat harga jual Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat pabrik dengan tingkat toke jauh berbeda. “Karena BBM jenis solar langka.
Harga jual hasil pertanian menjadi murah. Memang harga jual TBS sawit di pabrik sudah lumayan. Tapi ongkos angkut TBS sawit ke pabrik, dan ongkos lansir naik.
Jadi harga jual TBS kami tetap murah. Sementara kebutuhan melambung tinggi,” keluhnya.
Salah satu supir truck wilayah Kecamatan Ipuh, Kairul Biladi menuturkan, selama BBM jenis solar ini sulit didapat. Sebagai pemilik truck sangat merasa dirugikan. Pihaknya menyayangkan, pemerintah tidak hadir dalam persoalan ini.
Padahal masyarakat membutuhkan kehadiran pemerintah untuk mencari solusi. Sehingga BBM jenis solar ini kembali stabil seperti semula. “Selain para petani, kami pemilik truck juga ikut dirugikan.
Kami sangat kecewa, karena pemerintah tidak hadir di tengah-tengah kami. Sementara kami sangat membutuhkan solusi dari pemerintah,” tuturnya Rabu,(14/9) kemarin.
Sementara salah satu pemilik Ram di wilayah Kecamatan Air Rami, Muklis juga mempertanyakan kenapa pemerintah daerah dan DPRD tidak hadir di tengah gejolak yang menimpa masyarakat seperti ini.
Baik itu DPRD Kabupaten maupun DPRD Provinsi. Padahal ini menimpa masyarakat banyak. Khusunya masyarakat wilayah Kecamatan Air Rami, Ipuh, wilayah Pondok Suguh, dan wilayah Sungai Rumbai. “Kelangkaan BBM jenis solar ini, berdampak besar bagi masyarakat. Karena mayoritas masyarakat di Dapil 3 adalah petani sawit. Semua hasil pertanian itu diangkut oleh truck,” imbuhnya.
H. Suharto--
Di sisi lain, salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Mukomuko, H. Suharto mengatakan, BBM khusus jenis solar ini, memang sekitar satu bulan terakhir sulit didapatkan.
SPBU di Desa Tunggang Kecamatan Pondok Suguh, hingga aat ini sudah tidak beroperasi. Karena peristiwa kebakaran sekitar 3 bulan lalu. Kemudian SPBU di Desa Pulai Payung Kecamatan Ipuh, BBM jenis solar sering kosong.
Sama dengan SPBU di Kecamatan Putri Hijau juga sering kosong. “Kelangkaan BBM jenis solar ini sangat merugikan masyarakat. Karena apapun hasil pertanian mereka. Endingnya diangkut menggunakan truck. Jadi dalam persoalan kelangkaan BBM jenis solar ini, tetap petani yang dirugikan,” kata Suharto.
Lanjutnya, sebagai tokoh masyarakat, ia minta pemerintah daerah dan DPRD turun. Melihat dan menyelesaikan persoalan ini. Setidaknya BBM jenis solar tidak langka dan mudah didapat. Sekarang ini, selain harga naik barangnya juga sulit ditemukan.
Tentu masalah ini membuat susah masyarakat banyak. Khusunya di wilayah Dapil 3. “Kita minta pemerintah dan DPR peka terhadap keluhan masyarakat. Karena minimnya suplai BBM jenis Solar ini, bisa memicu kehancuran ekonomi masyarakat. Mana harga sudah naik, dan barangnya tidak ada.
Sementara truk milik masyarakat harus jalan. Sebab, kendaraan mereka ada yang kredit,” tutupnya.(ide)