MUKOMUKO, RADARMUKOMUKO.COM – Anjloknya harga sawit sejak bulan Romadhan, ekonomi masyrakat Mukomuko terpuruk. Bahkan semangat untuk panen sawit jadi malas.
Banyak buah sawit dibiarkan membrondol. Jadwal panen sawit atau mendodos tidak teratur lagi. Dimana saat normal petani panen dua minggu sekali, sementara sekarang rata-rata tiga minggu sekali bahkan ada sudah dua bulan tidak di panen.
Dampaknya buah atau brondol berserakan di pangkal pohonnya. Turunnya produksi ini juga terlihat dari pemandangan di pabrik-pabrik, tidak banyak angkutan TBS yang mengantri.
Adapun harga TBS di pabrik per 17 juli kemarin mengalami kenaikan tipis, dimana tertinggi di PT.GSS Rp 1.100 per-kgm diikuti pabrik PT.BMK Rp 1.080 per-kg dan PT.USM Rp 1050 per-kg. Terus dipabrik PT.MMIL dan DDP Rp 1.040 per-kg dan di PT. KSM dan KAS Rp 1.020 per-kg. Terendah masih di PT.SAPTA Rp 880 per-kg dan di pabrik SAP Rp 980.
Petani sawit Harfuzi desa Lubuk Cabau kec v koto mengatakan harga TBS di wilayah nya, anjlok hingga Rp 400 /kg di tingkat tokeh, petani tidak semangat melakukan panen. Karena dengan harga tersebut petani tidak akan dapat untung.
Kemudian upah dodos antara Rp 200 hingga Rp 300 per-kg, tambah lagi upah lansir untuk kebun yang jauh dari jangkauan mobil.
‘’ amruknya harga Tbs petani malas panen, karena tidak ada untungnya, wajar banyak sawit yang dibiarkan masak dan membrondol. Biaya yang dikeluarkan petani setiap kilogram sawit . Belum lagi pupuk dan pemeliharaan,’’ katanya.
Lanjutnya, panen biasanya satu kali dua minggu, sekarang banyak yang tiga minggu bahkan satu bulan sekali. Itupuan terpaksa manen karena buah sudah jatuh, jika tidak dipanen maka bisa merusak pohon sawit. Saat sawit mahal jarang buah dibiarkan membrondol.
‘’Biasanya rame orang mencari brondol, hingga jarang ditemukan brondol berserakan. Kalau sekarang dibiarkan saja hingga busuk.
Dilain sisi, Ibu rumah tangga Meyrie mengatakan kondisi sulit di rasakan oleh masyrakat Mukomuko. “Dimana harga cabai di Mukomuko rp 100.000 /kg hingga 120.000 /kg. Untuk membeli 4 kg cabai harus menjual satu ton sawit”. Selanjutnya, Kami ibu – ibu sangat merasakan sulit dan amruknya ekonomim saat ini. jatuhnya harga sawit membuat ibu –ibu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dapur, dan kebutuhan anak sekolah, ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian Mukomuko, Apriansyah,ST,MT juga mengakui rata-rata saat ini harga TBS di pabrik sudah Rp 1000 per-kg. Terjadi kenaikan dalam beberapa hari terakhir. Hanya saja harga kebutuhan pokok juga masih tinggi.
‘’Mudahan harga sawit terus membaik, maka petani harus terus bersemangat memelihara kebunnya,’’ tutupnya.(jar)