Naik Kendaraan Modern, Masih Termasuk Safar? Trus, Puasanya Gimana Dong? Temukan Jawabannya di Sini!

Naik Kendaraan Modern, Masih Termasuk Safar? Trus, Puasanya Gimana Dong? Temukan Jawabannya di Sini!

Naik Kendaraan Modern, Masih Termasuk Safar? Trus, Puasanya Gimana Dong? Temukan Jawabannya di Sini!--

RMONLINE.ID – Bulan Ramadan, bulan suci yang penuh berkah, selalu dinantikan dengan penuh kerinduan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Namun, di tengah semaraknya ibadah puasa, seringkali muncul pertanyaan krusial terkait hukum berpuasa saat melakukan perjalanan jauh, terutama di era modern dengan beragam moda transportasi canggih. Apakah keringanan (rukhsah) yang diberikan syariat Islam tetap relevan dalam konteks perjalanan masa kini?

Dalam syariat Islam, perjalanan jauh (safar) memang memberikan keringanan bagi umat Muslim untuk tidak berpuasa. Keringanan ini didasarkan pada prinsip kemudahan (taysir) dalam agama, yang senantiasa mempertimbangkan kondisi dan kemampuan individu. Namun, keringanan ini tidak bersifat mutlak dan memiliki syarat serta ketentuan yang perlu dipahami secara seksama. Mayoritas ulama berpendapat bahwa jarak perjalanan yang dianggap jauh adalah sekitar 80-90 kilometer, yang setara dengan dua marhalah.

BACA JUGA:Mengenal Istilah Nolep: Ciri-ciri dan Perbedaannya dengan Introvert

BACA JUGA:Malas Baca Buku? Coba Terapkan Metode Minday untuk Meraih Manfaat yang Besar

Di era globalisasi ini, kita dimanjakan dengan berbagai pilihan moda transportasi modern, mulai dari pesawat terbang yang menembus langit, kereta api cepat yang melesat di atas rel, bus eksekutif yang nyaman, mobil pribadi yang fleksibel, hingga kapal pesiar yang menawarkan kemewahan. Pertanyaan yang seringkali mengemuka adalah, apakah perjalanan dengan kendaraan modern ini termasuk dalam kategori safar yang membolehkan kita untuk tidak berpuasa?

Secara umum, hukum asal safar tetap berlaku, terlepas dari jenis kendaraan yang digunakan. Selama jarak perjalanan memenuhi syarat yang ditetapkan, maka perjalanan tersebut dianggap sebagai safar. Namun, perlu diingat bahwa keringanan untuk tidak berpuasa adalah pilihan, bukan kewajiban. Jika seorang Muslim merasa mampu untuk tetap berpuasa selama perjalanan, maka itu lebih utama dan lebih dianjurkan.

Salah satu pertimbangan penting adalah kondisi perjalanan. Meskipun kendaraan modern menawarkan kenyamanan, perjalanan tetaplah perjalanan yang bisa menguras tenaga dan waktu. Jika perjalanan memakan waktu yang lama dan melelahkan, meskipun menggunakan pesawat terbang atau kereta api cepat, maka keringanan untuk tidak berpuasa bisa dipertimbangkan. Namun, jika perjalanan relatif singkat dan tidak menguras tenaga, misalnya perjalanan singkat dengan mobil pribadi atau bus eksekutif, maka sebaiknya tetap berpuasa.

BACA JUGA:5 Jenis Pisang Terbaik yang Cocok untuk Diolah Menjadi Kolak

BACA JUGA:Mengenal Eau de Parfum: Sejarah dan Rekomendasinya

Selain itu, niat dan kondisi individu juga memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa sangat kesulitan berpuasa saat perjalanan karena kondisi kesehatan atau faktor lainnya, maka ia boleh mengambil keringanan. Namun, jika ia merasa mampu dan ingin mendapatkan pahala puasa yang berlipat ganda di bulan Ramadan, maka itu lebih baik.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa penggunaan kendaraan modern tidak serta merta menghapus status safar. Konsep safar dalam Islam lebih menekankan pada jarak dan kondisi perjalanan, bukan pada jenis kendaraan yang digunakan. Oleh karena itu, kita perlu bijak dalam mengambil keputusan, dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang relevan.

Selain itu, kita juga perlu memperhatikan etika perjalanan dalam Islam. Saat melakukan perjalanan, hendaknya kita tetap menjaga perilaku yang baik, menghindari perbuatan maksiat, dan memperbanyak doa serta dzikir. Perjalanan adalah kesempatan untuk merenungkan kebesaran Allah SWT dan meningkatkan keimanan.

Sebagai penutup, mari kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, baik saat berada di rumah maupun dalam perjalanan. Dengan memahami hukum dan hikmah di balik ibadah puasa, kita dapat menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan bermakna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: