Apa Itu Hikikomori? Fenomena Mengasingkan Diri Warga Jepang

Apa Itu Hikikomori? Fenomena Mengasingkan Diri Warga Jepang

Apa Itu Hikikomori? Fenomena Mengasingkan Diri Warga Jepang--

RMONLINE.IDHikikomori, fenomena mengasingkan diri yang terjadi di Jepang, telah menjadi topik yang menarik perhatian di seluruh dunia. Istilah ini merujuk pada individu yang memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial dan mengurung diri di dalam rumah atau kamar mereka selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Dalam banyak kasus, mereka menghindari kontak dengan dunia luar, termasuk interaksi dengan teman, keluarga, bahkan pekerjaan atau sekolah.

Meskipun fenomena hikikomori dimulai di Jepang, belakangan ini fenomena ini mulai terjadi di berbagai negara lain, termasuk Indonesia, Korea Selatan, dan bahkan negara-negara Barat. Namun, Jepang tetap menjadi negara dengan kasus hikikomori paling banyak, dengan perkiraan jumlah individu yang terisolasi mencapai lebih dari satu juta orang di Jepang saja.

BACA JUGA:Jalan Raya Mukomuko Padat Merayap, Jalan Santai HUT Kabupaten Sukses

BACA JUGA:5 Perubahan Gestur Wajah Karyawan Yang Menandakan Kelelahan Ekstrem

Penyebab Hikikomori

Fenomena hikikomori tidak memiliki satu penyebab tunggal, melainkan kombinasi berbagai faktor sosial, psikologis, dan budaya yang saling mempengaruhi. Beberapa faktor utama yang memicu seseorang mengalami hikikomori adalah sebagai berikut:

1. Tekanan Sosial dan Akademik

Jepang terkenal dengan sistem pendidikan yang sangat kompetitif. Dalam budaya Jepang, nilai akademik dan pencapaian sangat dihargai, dan para siswa sering kali dibebani dengan tuntutan untuk tampil sempurna dalam segala hal. 

Tekanan untuk berhasil di sekolah dan menghadapi ujian yang ketat dapat menyebabkan stres yang luar biasa bagi banyak siswa. Bagi sebagian individu, kegagalan akademik atau perasaan tidak memenuhi harapan ini bisa berujung pada rasa malu yang mendalam, yang pada akhirnya memicu mereka untuk menarik diri dari kehidupan sosial dan mengisolasi diri.

Perundungan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penting. Banyak anak-anak yang menjadi korban bullying merasa terasing dan akhirnya memilih untuk menghindari lingkungan sosial sepenuhnya. Jika mereka merasa tidak ada tempat yang aman, kamar tidur bisa menjadi tempat pelarian dari dunia luar yang terasa menyakitkan.

BACA JUGA:Apa Itu FOBO? Istilah Baru Gen Z yang Memicu Kesehatan Mental

BACA JUGA:Fitur Baru! Begini Cara Mengubah Warna Tema Chat WhatsApp

2. Tekanan dari Orang Tua

Budaya Jepang yang sangat menghargai kehormatan keluarga dan kesuksesan individu juga menambah tekanan yang dihadapi oleh banyak anak muda. Orang tua di Jepang sering kali memiliki harapan tinggi terhadap anak-anak mereka, terutama dalam hal pendidikan dan karier. Anak yang tidak memenuhi ekspektasi ini dapat merasa sangat tertekan. Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan sering kali menyebabkan rasa cemas, yang kemudian mendorong seseorang untuk menarik diri dan menghindari konfrontasi atau perasaan tidak nyaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: