Dinas Perikanan Ungkap Kronologi Penyebab Kerugian Miliaran Rupiah Menimpa Nelayan Mukomuko

Dinas Perikanan Ungkap Kronologi Penyebab Kerugian Miliaran Rupiah Menimpa Nelayan Mukomuko

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko, Eddy Aprianto, SP., M.Si --

MUKOMUKO, RADARMUKOMUKO.COMDinas Perikanan Kabupaten Mukomuko taksir kerugian yang dialami para pelaku usaha perikanan tangkap di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu mencapai belasan miliar rupiah per tahun. 

Dari analisis dinas, kronologi kerugian yang dialami para pelaku usaha perikanan tangkap di daerah ini faktor utamanya disebabkan kondisi alam, yaitu pendangkalan jalur transportasi nelayan.

BACA JUGA:Evaluasi 3 Unit Mobil Bantuan Kementerian KP di Mukomuko, Eddy Aprianto: Digunakan Sesuai Fungsi

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko, Eddy Aprianto, SP., M.Si menyampaikan, pihaknya telah melakukan analisa terkait persoalan pendangkalan kawasan muara. Jalur keluar masuk arus transportasi nelayan perikanan tangkap di daerah ini. 

Menurut Eddy Aprianto, dari tahun ke tahun persoalan pendangkalan kawasan muara menjadi kendala besar terhadap kelancaran aktivitas nelayan di daerah. 

Terutama dari daerah zona tangkap, nelayan Desa Pasar Bantal, Kecamatan Teramang Jaya. Setelah dihitung, kerugian nelayan didaerah ini per tahun ditaksir mencapai belasan miliar. 

‘’Kami coba hitung, dan menganalisa kerugian yang dialami nelayan pada musim tertentu. Ketika terjadi pendangkalan muara, nelayan di daerah ini tak bisa berangkat melaut. Di situasi ini, nelayan setempat tak bisa melakukan aktivitas. Di sini kami melihat, dampak dari pendangkalan ini ada kerugian bagi para pelaku usaha perikanan tangkap di daerah itu. Taksiran kami mencapai belasan miliar per tahun,’’ kata Eddy Aprianto. 

BACA JUGA:Perkiraan Cuaca Sore Ini, Waspada Bagi Yang Ingin Bepergian di Wilayah Ini

Dijelaskannya, dalam kurun waktu satu bulan, nelayan dari daerah ini menjalani aktivitas rata-rata 26 hari kerja. Khusus pada hari Jum’at, mereka tidak dibenarkan untuk beraktivitas menangkap ikan dilaut, karena terikat hukum adat. Belum lagi libur melaut di karena situasi lebaran dan faktor gelombang tinggi. 

Yang menjadi substansi persoalan, para nelayan di daerah ini meliburkan diri dikarenakan situasi pendangkalan jalur kapal. Dari hasil analisa dinas, pendangkalan ini terjadi rata-rata 3 bulan, biasanya ketika musim angin selatan berhembus. 

‘’Kami cermati, pendangkalan ini sekitar 3 bulan. Artinya, selama ini nelayan di wilayah ini sebagian besar tak bisa melaksanakan aktivitas melaut,’’ beber Eddy. 

Armada nelayan yang aktif beroperasi di wilayah Pasar Bantal Teramang Jaya sekitar 186 unit kapal dengan kapasitas mesin 5 GT sampai 10 GT.

Setiap kali beroperasi, rata-rata menghasilkan Rp4 juta hingga Rp5 juta per hari. Jika dihitung dari masa libur aktivitas karena pendangkalan ini, kerugian yang dialami nelayan di daerah ini mencapai miliaran rupiah.

BACA JUGA:Mengenang Perjuangan R.A Kartini Untuk Perempuan Indonesia, Sosok Sepenting Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: