Saat Buya Hamka dan 3 Tokoh Nasional Mendekam di Penjara, Korban Politik Soekarno

Saat Buya Hamka dan 3 Tokoh Nasional Mendekam di Penjara, Korban Politik Soekarno

Saat Buya Hamka dan 3 Tokoh Nasional Mendekam di Penjara, Korban Politik Soekarno-Dok-Berbagai Sumber

Sutan Syahrir

Sutan Syahri dan Soekarno bersahabat dalam perjuangan, mereka selalu bersama. Namun itulah bukti kejamnya politik, kawan bisa menjadi lawan.

Awal Indonesia merdeka, Sutan Syahrir sempat menjabat sebagai perdana menteri termuda di dunia dalam usia 36 tahun.

Ia juga pernah menerima amanah sebagai Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri. Dalam karir politiknya, Sutan Syahrir merupakan pendiri Partai Sosialis Indonesia.

Karena Partai Sosialis Indonesia yang didirikannya bergerak dalam arah komunis serta keterkaitan Sutan Syahrir dalam kasus PRRI, Presiden Soekarno membubarkan PSI pada tahun 1960. 

BACA JUGA:Pemkab Akan Bangun Patung Pahlawan dan Harimau di Bundaran Mukomuko

BACA JUGA:Cinta Berbeda Agama 3 Pahlawan Nasional Yang Berakhir Begini

Selama 3 tahun Sutan Syahrir dipenjara tanpa diadili. Ia pun meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. 

Sutan Syahrir ditetapkan sebagai pahlawan nasional tahun 1966.

Mochtar Lubis

Mochtar Lubis lahir di Padang tahun 1922 dan meninggal di Jakarta tahun 2004. Ia merupakan tokoh pers Indonesia yang sangat kritis terhadap Presiden Soekarno. 

Sejak zaman pendudukan Jepang ia sudah terjun di dunia jurnalisme. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang dilarang terbit. 

Ia juga ikut mendirikan majalah sastra Horison bersama kawan-kawannya.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara tanpa peradilan. Ia dipenjara selama 9 tahun, sejak 22 Desember 1956 sampai tumbangnya rezim orde lama di tahun 1966. 

Alasannya Mochtar Lubis dipandang terlalu kritis terhadap rezim dan memilih independensi daripada memihak pemerintahan. 

Pemikirannya selama di penjara ia tulis dalam buku Catatan Subversif yang terbit tahun 1980.

Pramoedya Ananta Toer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: