Pribumi Dianggap Kasta Rendah Era Belanda, Laki-Laki Jadi Djongos dan Wanita Jadi Babu Hingga Gundik

Pribumi Dianggap Kasta Rendah Era Belanda, Laki-Laki Jadi Djongos dan Wanita Jadi Babu Hingga Gundik

Pribumi Dianggap Kasta Rendah Era Belanda, Laki-Laki Jadi Djongos dan Wanita Jadi Babu Hingga Gundik--

RADARMUKOMUKO.COM - Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat kecil pribumi dimata penjajah atau orang-orang eropa, berada pada kasta paling rendah. Dimana pribumi hanya dimanfaatkan sebagai budak untuk kerja kasar dan kerja yang kotor penuh resiko.

Laki-laki dinamakan "Djongos" atau budak pria dengan tugas untuk pekerjaan kasar, seperti jaga kuda, mengangkat barang berat, kerja bangunan, bersih kebun atau perkarangan serta lainnya. Tak jarang dikirim untuk kerja paksa membangun berbagai infrastruktur yang diperlukan Belanda.

Sementara budak wanita dengan sebutan babu, dipekerjakan oleh orang Eropa untuk melakukan pekerjaan rumah, mulai urusan dapur, mencuci atau membersihkan rumah, jaga anak, bahkan tidak sedikit pula babu harus melayani atau menjadi budak s3ks tuannya. 

Karena kala itu, kebanyakan tentara Belanda yang datang ke Indonesia tanpa mambawa istri, hanya tentara yang kaya atau petinggi Belanda saja membawa serta keluarga ke Indonesia. Maka untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, banyak budak atau wanita Belanda menjadi pelampiasan.

BACA JUGA:Peringati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, BRI Salurkan Beasiswa untuk 1800 Anak Berprestasi

BACA JUGA:Golok Ciomas, Pusaka Khas Banten yang Penuh dengan Kisah Heroik dan Mistis, Selalu Menang Hadapi Belanda

Jika sedikit beruntung, wanita dijadikan "Nyai" atau gundik yaitu wanita simpanan tanpa ada ikatakan pernikahan, hanya saja biasanya Nyai yang disukai pria Belanda sedikit terhindar dari pekerjaan kasar dan hidup lebih mewah.

Saat menjadi gundik hamil dan memiliki anak, maka anak tersebut tidak diakui oleh orang Belanda, hanya menjadi anak dari ibunya.

Intinya, posisi menjadi seorang nyai atau gundik juga menjadi suatu pilihan menarik bagi segolongan perempuan pribumi.

Hal itu karena kondisi sosial dan ekonomi yang sangat menekan bagi penduduk pada saat itu.

Budak yang dipelihara kolonial harus melaksanakan semua pekerjaan yang diperintahkan dan diperlukan oleh tuannya, kapanpun dan di manapun serta seberat apapun. Bahkan lelah dan sakit kadang tak bisa menjadi alasan untuk menolak.

Perbudakan ini merupakan bentuk kekejaman dari penjajah yang cukup menyakitkan dan sulit untuk dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Tentu dari sejarah kelam ini pula, anak-anak bangsa terus berbenah untuk mengangkat derajat bangsa di muka dunia.

Melansir dari berbagai sumber, biasanya jika budak perempuannya tidak ada yang disukai atau yang antik, biasanya orang Belanda akan memerintah kepada salah seorang pembantu laki-lakinya agar mencarikan seorang gundik.

BACA JUGA:Kisah Perdagangan Budak ‘Jongos dan Babu’ Era Kolonial Belanda, Dijual Hingga ke Mancanegera

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: