Pasar Tanah Abang Warisan dari VOC, Saksi Sejarah Perjuangan Etnis Tionghoa

Pasar Tanah Abang Warisan dari VOC, Saksi Sejarah Perjuangan Etnis Tionghoa

Pasar tanah abang tempo dulu-dokumen,net-istimewa radar mukomuko

 

RADARMUKOMUKO.COM - Pasar tanah abang sangat dikenal oleh pedagang dan umumnya masyarakat Indonesia, walaupun belum pernah datang ke sana. Karena Pasar tanah abang merupakan salah satu ikon Jakarta dan Indonesia. Setiap orang yang ke Jakarta, biasanya senantiasa menyempatkan diri untuk ke pasar ini.

Pasar tanah abang bahkan menjadi tolak ukur perekomian setiap saat. Jika pasar ramai, menandakan ekonomi masyarakat sedang baik dan jika sepi, berarti ekonomi masyarakat sedang melemah. 

Pasar Tanah Abang disebut sebagai pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara, dibangun sejak era Hindia Belanda, tepatnya pada 30 Agustus 1735. Pasar Tanah Abang didirikan oleh Yustinus Vinck atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patras.

Dengan usia yang sudah begitu tua, pasar tanah abang tentu juga sebagai saksi bisu sejarah bangsa. Tak jarang pasar ini menjadi medan pertempuran dan pembataian.

Salah satunya adalah saat peristiwa serangan atas perintah dari Gubernur Jenderal VOC Adriaan Valckenier (1731-1741) pada 8 oktober 1740 ke wilayah itu.

BACA JUGA:Dikenal Angker, Hanya Wisawatan Nekad Yang Berani Kunjungi 6 Pulau Terlarang Ini

BACA JUGA:Tolak Lamaran Soekarno dan Sultan Syahril, Primadona Kota Solo Gusti Nurul Menikah Dengan Letnan

Serangan tersebut merupakan jawaban atas perilaku agresif orang-orang Tionghoa di Tanah Abang terhadap pos jaga VOC sehari sebelumnya.

Atas peristiwa itulah orang-orang mengenalnya dengan istilah "Chinezenmoord", yang berarti "pembunuhan orang Tionghoa". Atau yang lebih dikenal dengan istilah “geger pacinan”.

Tembakan meriam tak hanya merusak sejumlah bangunan di Pasar Tanah Abang, melainkan beberapa bangunan lainnya hancur dan ludes terbakar.

“Baru lima tahun berdiri, Pasar Tenabang terkena bencana, porak-poranda, dan terbakar ludes,” tulis Abdul Chaer dalam bukunya berjudul Tenabang Tempo Doeloe (2017).

Akibatnya, huru-hara ini melumpuhkan Pasar Tanah Abang dalam waktu yang sangat lama. Bagaimana tidak, baru pada 1801 pasar tersebut dibangun kembali. 

Meski begitu, sampai akhir abad ke-19, Pasar Tanah Abang belum memiliki bangunan permanen, tapi lantai bawahnya mulai dikeraskan dengan fondasi adukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: