Benteng Suku Buton Dari Batu Karang Putih Telur Getah Pohon, Peluru Belanda Tidak Tembus

Benteng Suku Buton Dari Batu Karang Putih Telur Getah Pohon, Peluru Belanda Tidak Tembus

Benteng Suku Buton Dari Batu Karang Putih Telur Getah Pohon, Peluru Belanda Tidak Tembus --

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Buton adalah salah satu suku yang berasal dari Sulawesi Tenggara dan memiliki kerajaan yang kuat dan strategis. 

Suku ini memiliki sejarah perjuangan yang heroik melawan penjajah Belanda pada abad ke-17 hingga ke-19. 

Salah satu tokoh yang paling terkenal dari suku ini adalah La Karambau, seorang sultan Buton yang memicu perang dengan Belanda.

La Karambau atau Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi adalah Sultan Buton ke-20 dan ke-23. 

Ia merupakan satu-satunya Sultan Buton yang menjabat sebagai pemimpin Kesultanan Buton lebih dari satu kali. 

Sebagai Sultan Buton, ia tidak mewarisi tradisi pendahulunya yang memilih bekerja sama dengan kompeni Belanda.

Menurut La Karambau, hubungan dengan Belanda yang telah dirintis oleh pendahulunya sejak 1613 dan diikat dalam surat perjanjian, secara tidak langsung merendahkan martabat dan kedaulatan Kesultanan Buton.

BACA JUGA:BSI Scholarship, Beasisiwa Untuk Mahasiswa Menuju Pemimpin Masa Deman, Ini Syarat Mendapatkannya

BACA JUGA:Tregedi Pembantaian 40.000 Ribu Nyawa Rakyat Sipil di Sulawesi, Belanda Sebut Hanya 3000 Korban

Pada masa kepemimpinan La Karambau, poin-poin dalam perjanjian yang telah disepakati sultan-sultan sebelumnya, diingkari sehingga memicu berubahnya hubungan Kesultanan Buton dan Belanda.

La Karambau menegaskan sikapnya kepada para bangsawan Buton, bahwa perjanjian-perjanjian yang telah disepakati sebelumnya dengan Belanda, tidak berlaku lagi.

Sultan Buton ini merasa isi dari perjanjian-perjanjian yang disepakati tersebut secara tidak langsung merendahkan martabat dan kedaulatan kesultanannya.

Kondisi ini kemudian semakin diperpanas oleh tindakan-tindakan provokatif yang dilakukan oleh Belanda, seperti mengganggu perdagangan rempah-rempah di wilayah Buton.

Mereka mengutip pajak-pajak yang tinggi, mengintervensi urusan dalam negeri kesultanan, dan mencoba menghasut rakyat Buton untuk memberontak terhadap sultan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: