Kisah Cinta Cut Nyak Dhien, Belas Dedam Kematian Suami Pertama dan Bertemu Teuku Umar Hingga Gugur

Kisah Cinta Cut Nyak Dhien, Belas Dedam Kematian Suami Pertama dan Bertemu Teuku Umar Hingga Gugur

Kisah Cinta Cut Nyak Dhien, Belas Dedam Kematian Suami Pertama dan Bertemu Teuku Umar Hingga Gugur--

Teuku Umar tidak putus asa, ia tetap berusaha mendapatkan Cut Nyak Dien. Teuku Umar rela melakukan sandiwara demi mendapatkan perhatian Cut Nyak Dien dengan pura-pura terluka dan ditandu.

BACA JUGA:Ternyata Bukan Hanya Mengambil Rempah Bangsa Eropa Menjajah, Ini Alasan Sebenarnya

BACA JUGA:Kisah Pahlawan Wanita Panglima Perang yang Ditakuti Penjajah, Nyi Ageng Serang Keturunan Sunan Kalijaga

Siasat Teuku Umar berhasil. Pernikahan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pun kemudian berlangsung pada 1880 atau 2 tahun setelah Teuku Ibrahim Lamnga meninggal.

Suatu ketika, saat Teuku Umar mandi, Cut Nyak Dhien melihat badan Teuku Umar tak ada lagi bekas luka seperti saat ditandu beberapa waktu lalu.

“Teuku, pat luka,” tanya Cut Nyak Dhien. Teuku Umar tahu maksud Cut Nyak Dhien. Dia pun mengaku kalau luka itu hanyalah akal-akalannya agar Cut Nyak Dhien mau menikah dengan dirinya.

Keromantisan Teuku Umar dengan Cut Nyak Dhien tak berlangsung lama. Teuku Umar menjadi sosok pengganti Teuku Ibrahim hilang pada 1883 atau tiga tahun usai mereka menikah. 

Hati Cut Nyak Dhien semakin hancur, saat mengetahui Umar membelot ke Belanda.

Melalui Pang Karim, sosok yang dikenal dengan Teuku Meulaboh, Cut Nyak Dhien menitip pesan ke suaminya itu yang berada di markas Belanda itu.

“Tunggu Apalagi Pang Karim!! (Bentak Cutnyak Dhien), sampaikan kepada Teuku Umar bahwa Teungku Fakinah telah siap sedia menanti kedatangan Teuku Umar di Lamdiran (Markas Sukey Fakinah). Sekarang, barulah dinilai perjuanganmu cukup tinggi, pria melawan wanita yang belum pernah terjadi pada masa nenek moyang kita. Kafir sendiri segan memerangi wanita. Karena itu, Teuku didesak berbuat demikian. Sudah dahulu kuperingatkan: jangan- lah menyusu pada badak,” kata Cut Nyak Dhien dalam bahasa Aceh.

Pesan ini sampai ke telinga Teuku Umar dengan cepat. Teuku Umar gundah. Sekitar tahun 1884, Umar kembali  ke pejuang Aceh.

Namun September 1893, Teuku Umar kembali menyerahkan diri kepada Gubernur Deykerhooff di Kutaradja bersama 13 orang Panglima bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan. 

BACA JUGA:Kisah 'Jongos dan Babu' Masa Penjajahan Belanda, Manusia Rendah Menjadi Pesuruh Hingga Pelampiasan Nafsu

BACA JUGA:Kisah Datuk Laksamana Raja di Laut, Penjaga Pesisir Selat Malaka, Bukan Sembarangan Lagu

Teuku Umar dihadiahi gelar Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland. Istrinya, Cut Nyak Dien sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Umar suka menghindar apabila terjadi percekcokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: