Perempuan Cimahi Yang Angkat Senjata di Medan Perang, Namanya Tidak Terlalu Dikenal

Perempuan Cimahi Yang Angkat Senjata di Medan Perang, Namanya Tidak Terlalu Dikenal

Perempuan Cimahi Yang Angkat Senjata di Medan Perang, Namanya Tidak Terlalu Dikenal--

RADARMUKOMUKO.COM - Jika ditanya siapa pejuang atau pahlawan wanita Indonesia, tentu nama-nama terkenal seperti Cut Nyak Dhien, RA Kartini, Cut Meutia, Fatmawati, Martha Christina Tiahahu dan beberapa nama lainnya akan diingat dengan baik.

Namun ada beberapa pejuang perempuan yang berjasa besar, hingga angkat senjata di medan perang yang bagi sebagian besar masyarakat kurang dikenal. Salah satunya adalah Dra Hj. Djulaeha Karmita.

Djulaeha Karmita merupakan pejuang kemerdekaan asal Cimahi, namanya juga tercatat sebagai anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan seorang anggota Laskar Wanita Indonesia (Laswi).

Sebagai seorang PMI, pada masa penjajahan dirinya selalu bersiap mengobati setiap tentara atau pejuang yang terluka akibat perang.

Bagi masyarakat setemapt tentu sangat dikenal, hingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Cimahi. 

"Dia aktivis perang kemerdekaan karena sebelumnya dia juga anggota PMI," ujar Ketua Komunitas Tjimahi Heritage dikutib dari Suara.com pada 2022 lalu.

BACA JUGA:Sejarah 7 Pejuang Asing Yang Membela Indonesia, Nasibnya Begini

BACA JUGA:Ternyata Bukan Hanya Mengambil Rempah Bangsa Eropa Menjajah, Ini Alasan Sebenarnya

Sebagai seorang PMI yang merangkap seorang anggota Laswi, dirinya ikut kemana batalion bergerak. Bukan hanya perang di Cimahi, dirinya pun menjadi saksi ketika perang di Kabupaten Bandung dan Purwakarta meledak.

Machmud mengungkapkan, meski banyak berada di baris belakang, terkadang dirinya pun ikut mengangkat senjata ketika perang. Salah satu pertempuran heroik yang diikutinya adalah perang 4 hari 4 malam.

Pertempuran tersebut terjadi di sejumlah titik di Cimahi. Dari mulai sekitar Penjara Poncol di Kalidam dan Jalan Gatot Subroto yang dulunya dijadikan tangsi Belanda yang digawangi berbagai kompi, laskar, Badan Keamanan Rakyat (BKR) hingga Tentara Keamanan Rakyat (TKR) itu terjadi selama 4 hari 4 malam pada tahun 1947.

"Waktu di Cimahi, dia turun perang ketika pertempuran 4 hari 4 malam itu mereka ikut serta. Salah satu anak buahnya pun ikut dalam perang," ungkapnya.

Namun sayang, perang itu tidak berbuah kemenangan. Sejumlah pejuang dan warga ketika itu mengungsi ke arah selatan Bandung. Djulaeha pun ikut mengungsi ke sana.

BACA JUGA:Tugas Babu Era Penjajahan Belanda di Indonesia, Sumur, Dapur, Kasur hingga Babak Belur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: