8 Pahlawan Nasional Asal Maluku, Diantaranya Perempuan Yang Wafat Usia 17 Tahun Disemayamkan di Laut

8 Pahlawan Nasional Asal Maluku, Diantaranya Perempuan Yang Wafat Usia 17 Tahun Disemayamkan di Laut

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan dan Martha Christina Tiahahu pahlawan nasional asal maluku--

Martha Christina adalah anak dari Kapitan Paulus Tijahahu, salah satu orang terpandang di Nusa Laut, Maluku. Martha selalu menemani ayahnya dalam setiap pertempuran untuk menghadapi serangan Belanda.

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan

Sultan Nuku Muhammad Amiruddin lahir 1738 dan Wafat 1805. Sultan Tidore, memimpin beberapa pertempuran laut melawan pasukan kolonial Belanda. Pada tahun penetapan menjadi Pahlawan Nasional 1995.

Gelarnya adalah Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. 

Pada masa pemerintahannya yang mencakup Pulau Tidore, Halmahera Tengah, pantai Barat, dan Utara Irian Barat, Sultan Nuku berjuang dari satu wilayah ke wilayah lain melawan dan berdiplomasi dengan Belanda juga Inggris. Tujuannya untuk membebaskan rakyat dari penjajahan. 

Willem Johannes Latumeten

Willem lahir di Saparua, 16  April 1916. Ia merupakan pahlawan nasional keturunan keluarga besar Latumetena dari Desa Rutong di Pulau Ambon. Ayahnya seorang pejuang dan ahli penyakit jiwa, Prof. Dr. Y.A. Latumeten.

BACA JUGA:Tan Malaka, Pahlawan Berjasa Besar Yang Terlupakan Hingga Tak Diketahui Makamnya

BACA JUGA:Lima Pahlawan Cantik Asal Aceh Yang Angkat Senjata Melawan Belanda

Pengabdiannya untuk negara dimulai sejak zaman revolusi fisik hingga kemerdekaan. Pernah menjabat di Kementerian Penerangan, Departemen Olahraga, dan menjadi Pembina Olahraga.

Ia juga mendirikan Sekolah Tinggi Olahraga di Jakarta, membentuk PERBASI, membina para atlet yang akan terjun ke ASEAN GAMES IV tahun 1962 dan GANEFO pada 1963, juga menjadi Sekretaris Umum Komite Olympiade Indonesia Pusat pada 1955 – 1964. 

Sultan Babullah

Sultan Babullah Lahir 10 Februari 1528, Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku karena keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari Ternate dan membawa kesultanan tersebut kepada puncak kejayaannya di akhir abad ke-16.

Sejak kematian ayahnya, Sultan Babullah bersumpah tidak akan menghentikan perang hingga semua orang Portugis terusir dari daerah kekuasaannya. 

Pengepungan Sao Paulo, Benteng Portugis, menjadi tindakan pertamanya yang berlangsung sampai lima tahun lamanya hingga Portugis menyerah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: