Artis Cantik Roekiah Idola Masyarakat Sejak Sebelum Kemerdekaan, Berakhir Tragis Ditengah Paksaan Jepang

Artis Cantik Roekiah Idola Masyarakat Sejak Sebelum Kemerdekaan, Berakhir Tragis Ditengah Paksaan Jepang

Artis Cantik Roekiah Idola Masyarakat Sejak Sebelum Kemerdekaan, Berakhir Tragis Ditengah Paksaan Jepang--

RADARMUKOMUKO.COM - Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, panggung hiburan tanah air sudah memiliki generasinya sendiri dan ada beberapa artis yang menjadi idola, bukan saja terkenal di tanah air, tapi hingga ke mancanegara.

Salah satunya adalah, Roekiah merupakan sosok aktris di awal mula tercetusnya industri perfilman Indonesia

Roekiah lahir 17 Desember 1917 di Bandung. Ia sudah menekuni dunia keartisan sejak usia 7 tahun dengan beryanyi keroncong.

Bakat tersebut diturunkan dari orang tuanya, Mohammad Ali asal Belitung dan ibunya Ningsih asal Sunda yang merupakan pemain sandiwara rombongan Opera Poesi Indra Bangsawan.

Melansir dari wikipedia, pada tahun 1932 namanya sangat terkenal di Batavia, Hindia Belanda atau Jakarta, Indonesia, sebagai penyanyi dan pemain sandiwara. 

BACA JUGA:Kisah Cinta Presiden Soeharto dan Ibu Tien, Benih Cinta Tumbuh Setelah Menikah dan Setia Selamanya

BACA JUGA:Terbongkarnya Rahasia Tukang Becak dan PSK Prank Soekarno, Keceplosan Bahasa Jawa dan Bersua Tukang Becak Lain

Pada masa ini, ia bertemu dengan Kartolo, yang ia nikahi pada tahun 1934 di usianya 15 tahun. Pasangan ini bermain dalam film Terang Boelan pada tahun 1937. 

Dalam film tersebut, Roekiah dan Rd Mochtar berperan sebagai sepasang kekasih.

Roekiah dan Mochtar kembali beradu akting dalam dua film sebelum Mochtar hengkang dari Tan's Film pada tahun 1940. Melalui film-film ini, Roekiah dan Mochtar menjadi pasangan layar lebar pertama di Hindia Belanda. 

Pengganti Mochtar, Rd Djoemala, beradu akting dengan Roekiah dalam empat film, meskipun film-film tersebut tidak begitu sukses. 

Setelah Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Roekiah hanya bermain dalam satu film menjelang kematiannya.

Sebagian besar waktunya ia habiskan untuk menghibur para tentara Jepang.

Ia bekerja menghibur Jepang bukan karena keinginan dan demi karir, tapi merupakan bentuk kerja paksa dari Jepang terhadapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: