Kisah Nyai Dasima Gundik Era Penjajahan, Tragedi Cinta Yang Berakhir Tragis

Kisah Nyai Dasima Gundik Era Penjajahan, Tragedi Cinta Yang Berakhir Tragis

Kisah Nyai Dasima Gundik Petinggi Belanda, Tragedi Cinta Yang Berakhir Tragis--

Suatu hari, Dasima bersama putrinya saban sorea berkeliling dengan delman ke Prapatan, Senen, Gang Kenanga, sampai ke Kampung Kwitang. Mereka sering berpapasan dengan Samiun, lelaki Betawi yang sudah beristri.

"Samiun naksir berat dengan kecantikan Dasima. Kebetulan, Mak Buyung, yang menjadi pembantu Dasima, adalah seorang janda di Kwitang. Nah, melalui Mak Buyung inilah Samiun meminta agar nyai itu (Dasima) dibujuk untuk meninggalkan rumah mewahnya, lalu kawin dengannya," tulis Zaenuddin.

Mak Buyung membujuk Dasima dengan membawa-bawa agama. Kepada Nyai Daima dia mengatakan, "Buat apa hidup mewah bergelimang uang dan harta, sementara kehidupan Nyonya selalu penuh dosa. Nyonya hidup bersama dengan Tuan Edward tanpa nikah, itu sangat dilarang oleh agama Islam. Itu namanya zina. Sudahlah, lebih baik Nyonya kawin saja secara sah dengan Bang Samiun."

Dasima tahu dan menyadari akan hal itu. Dia memang tidak merasa bahagia hidup bersama Edward Williams. Meski hidup bergelimang harta, tapi batinnyaa berontak. 

Kemudian Dasima terpengaruh juga oleh omongan dan bujukan Mak Buyung. Akhirnya, Dasima pergi meninggalkan rumah, Tuan Edward dan putriny, Nancy. Dasima bersedia menikah dengan Samiun.

Hayati, istri pertama Samiun, merestui perkawinan itu. Dengan syarat tidak tinggal serumah. Dengan berjalannya waktu, Samiun lebih menyanyagi Dasima dan lebih sering tinggal serumah dengannya.

BACA JUGA:20 Ribu Orang Hadir dalam 2 Hari, Pesta Rakyat Simpedes BRI Gelorakan Pandaan

BACA JUGA:Kala Presiden Soekarno Diprank Idrus dan Markonah Raja dan Ratu Suku Anak Dalam, Ternyata PSK dan Tukang Becak

Samiun jarang mengunjungi Hayati, perempuan yang gemar bermain judi itu. Karena merasa diperlakukan tidak adil, Hayati cemburu berat dan berniat jahat.

Hayati kemudian menyuruh Bang Puase membunuh Dasima. Pembunuhan dilakukan ketika Dasima dan Samiun hendak pergi kondangan ke daerah Rawa Belong. 

Mayat Dasima dilemparkan ke Kali Ciliwung dari jembatan Kwitang, kini di samping toko buku Gunung Agung atau depan Markas Marinir Prapatan.

Esok paginya, secara kebetulan, Nancy yang sedang bermain-main, menemukan mayat ibunya mengambang di kali. Lalu dia meminta bantuan warga untuk mengeksekusi mayat ibunya itu.

"Berdasarkan saksi mata, yakni dua orang tukang getek (pekerja penyeberangan sungai pada masa itu) mengaku melihat langsung peristiwa pembunuhan itu. Mereka memberatkan Bang Puase sebagai pelakunya," catat Zaenuddin.

Bang Puase, yang jagoan Kwitang itu, kemudian dihukum gantung atas kejahatannya oleh pemerintah kota. Eksekusi dilakukan di depan gedung Balaikota Batavia atau yang sekarang dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta. Hukuman gantung itu disaksikan oleh ratusan warga kota.

Kisah kehidupan Dasima itu telah ditulis menjadi sebuah novel historis oleh G. Francis, dengan judul Nyai Dasima. Cerita ini juga sering dipentaskan di panggung-panggung sandiwara di Kota Batavia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: