Tradisi Tiwah Suku Dayak Kalteng, Mengantarkan Roh Orang Meninggal Ke Dunia Kekal Lewu Tatau

Tradisi Tiwah Suku Dayak Kalteng, Mengantarkan Roh Orang Meninggal Ke Dunia Kekal Lewu Tatau

Tradisi Tiwah Suku Dayak Kalteng, Mengantarkan Roh Orang Meninggal Ke Dunia Kekal Lewu Tatau--

RADARMUKOMUKO.COM - Kalimantan Tengah memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah tradisi tiwah yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju dan sub-suku Dayak lainnya yang menganut agama Kaharingan. 

Tradisi tiwah adalah upacara kematian adat yang bertujuan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal dunia menuju dunia kekal abadi yaitu Lewu Tatau, tempat asal manusia.

BACA JUGA:Suku Wong Alas Dianggap Orang Gaib, Berpakaian Serba Putih dan Tak Bertumit

Tradisi tiwah merupakan upacara sakral terbesar dalam agama Kaharingan, karena melibatkan sumber daya yang besar dan waktu penyelenggaraan yang lama. 

Upacara ini biasanya dilakukan setelah musim panen padi berlangsung, ketika orang-orang memiliki bahan pangan yang cukup dan waktu yang senggang.

Upacara tiwah tidak dilakukan segera setelah seseorang meninggal, melainkan setelah beberapa tahun lamanya. 

BACA JUGA:Catat, Perbedaan Bakteri Pemakan Bangkai Titanic dengan Bakteri di Darat, Ini kata Ilmuan

Hal ini karena yang dibutuhkan dalam ritual ini adalah tulang-belulang orang yang telah meninggal, bukan mayatnya. 

Oleh karena itu, jenazah terlebih dahulu dikubur dalam peti mati yang disebut runi, dan baru digali kembali ketika akan dilakukan upacara tiwah.

Tahapan Tradisi Tiwah

Tradisi tiwah memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:

1. Nyanggau atau nyanggauk: 

Tahap persiapan upacara tiwah, seperti menentukan tanggal, tempat, dan biaya; mengundang kerabat dan tetangga; membangun sandung atau pambak (tempat penyimpanan tulang-belulang); serta menyediakan hewan kurban, makanan, minuman, dan peralatan lainnya.

2. Nyahu atau nyahu-nyahu:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: