Sejarah Perang Kemang atau Belasting, Perlawanan Rakyat Sumatera Barat

Sejarah Perang Kemang atau Belasting, Perlawanan Rakyat Sumatera Barat

Sejarah Perang Kemang atau Balesting, Perlawanan Rakyat Sumatera Barat--

Mengetahui hal itu, rakyat Sumatera Barat semakin marah dan melancarkan aksi protes besar. Puncaknya terjadi pada 15-16 Juni 1908, di mana rakyat di daerah Kamang, Sumatera Barat, melakukan perlawanan. Dengan berbekal senjata seadanya, ribuan rakyat Kamang berusaha melawan tentara Belanda dengan sekuat mungkin. 

BACA JUGA:Hadapi Perlawanan Rakyat Lampung, Kalah Perang, Belanda Lakukan Cara Licik

Dalam pertempuran ini, tokoh Kamang bernama Haji Abdul Manan gugur di medan perang. 

Setelah pertempuran terjadi di Kamang, selanjutnya di Mangopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pertempuran di Mangopoh dipimpin oleh tokoh perempuan bernama Mande Siti. Pada 16 Juni 1908, menjelang dini hari, Mande Siti dengan dua veteran perang Kamang, yaitu Rasyid Bagindo Magek dan Majo Ali, bersama 17 orang lainnya, mengepung markas Belanda. 

Mereka berhasil memusnahkan 53 tentara Hindia Belanda, sementara dua orang lainnya melarikan diri. 

Masih di hari yang sama, Mande Siti terkena tembakan dan melarikan diri ke hutan bersama suaminya, Rasyid Bagindo Magek, dalam keadaan terluka. 

BACA JUGA:Tiga Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro, Berlangsung Selama 5 Tahun

Pagi harinya, pasukan Belanda dari Pariaman dan Bukittinggi dikirim untuk mengejar para pemberontak di Mangopoh.

Menyikapi pemberontakan rakyat, pasukan Belanda membakar kampung di sana dan terus mengejar para pemberontak. Mande Siti dan suaminya terus kabur selama 17 hari, yang pada akhirnya ditangkap Belanda. Mande Siti dimasukkan ke penjara Lubuk Basung selama 14 bulan, sebelum akhirnya dipindahkan ke Pariaman selama 16 bulan, dan Padang selama 12 bulan. 

Sementara suaminya, Rasyid Bagindo Magek, diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: