14 November 2001, Hari Bersejarah bagi Megawati dan Mukomuko, Simak Kisahnya

14 November 2001, Hari Bersejarah bagi Megawati dan Mukomuko, Simak Kisahnya

14 November 2001, Hari Bersejarah bagi Megawati dan Mukomuko, Simak Kisahnya-Dok-radarmukomuko.com

BACA JUGA:5 Tempat Paling Indah di Indonesia yang Belum Banyak Orang Ketahui, No 5 Wajib Kamu Kunjungi

Kesaksian Amirudin, kedatangan 5 orang utusan Megawati, pertama memberi kabar tentang rencana kunjungan Megawati sebagai Presiden RI ke Kota Bengkulu, pada tanggal 14 November 2001. Dalam agenda meresmikan nama baru Bandar Udara Padang Kemiling menjadi Bandara Fatmawati. 

Paling mengagetkan lagi, terang Amirudin. Utusan Megawati juga memberi kabar bahwa Megawati juga berminat menerima gelar adat dari tanah kelahiran Hasan Dien, yang tiada lain adalah moyangnya dari garis keturunan ibu. 

‘’Hasan Dien, kakek dari Megawati dan ayah dari Fatmawati. Hasan Dien keturunan ke 6 dari Kerajaan Indrapura Mukomuko yaitu Sultan Gendamsyah. Salah satu makam nenek moyang Megawati, bergelar Bilal Macan yang bermakam di samping Masjid Jamik Alfalah Pasar Mukomuko,’’ terang Amirudin D di Graha Pena radarmukomuko.com, Jum’at, 19 Mei 2023. 

Masih Amirudin D, dalam pertemuan di kediaman Camat Mukomuko, Ferizal Syamsul pada Minggu, 14 Oktober 2001 tersebut, bersama tokoh adat dan sejumlah Kepala Kaum Seandeko, dibahas tuntas tentang rencana pemberian gelar adat Mukomuko kepada Megawati Soekarnoputri. 

Sesuai dengan yang telah diagendakan, penganugerahan gelar adat dilangsungkan di Kantor Gubernur Bengkulu, pada 14 November 2001. 

BACA JUGA:Sekda Lantik 130 ASN di Lingkungan Pemkab Mukomuko, Mayoritas Guru

Setelah mendapatkan kesepahaman dan kesediaan dari tokoh adat, 5 orang utusan Megawati berpamitan untuk bertolak ke Bengkulu, sembari membawa kabar ini untuk disampaikan ke Megawati. Sekaligus meminta persetujuan untuk diagenda. 

Ketika itu, salah satu dari utusan Megawati berjanji akan memberikan kabar lanjutan, kepastian pemberian gelar. Kelang dua minggu kemudian, utusan Megawati kembali ke Mukomuko, dan memberi kabar bahwa prosesi pemberian gelar adat tetap jadi dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. 

Menyongsong rencana keberangkatan prosesi penganugerahan gelar adat, utusan Megawati juga menitipkan bekal. Sebagai biaya transportasi dan akomodasi seperlunya. 

‘’Titipan dari utusan Megawati ketika cukup besar nilainya. Bisa menghantarkan kami pulang pergi ke Bengkulu. Dengan bekal itu, kami secara bersama-sama ke Bengkulu,’’ paparnya. 

Diceritakan Amirudin D, rencana awal pemberian gelar adat Kaum Seandeko Mukomuko disepakati dan diamanahkan kepada A Kadir, sebagai yang mewakili. A Kadir merupakan anak cucu Kaum Seandeko Mukomuko dari Kaum Berenam Dihulu. 

BACA JUGA:Bandara Mukomuko Pertama Bernama Bandara Putri Daeng Maleini, Siapa Daeng Maleini ?

Sungguh di luar dugaan, detik-detik menjelang penganugerahan gelar, sedikit terjadi perubahan. Bisikan dan saran dari Gubernur Bengkulu Hasan Zen melalui Hadis YS dan Ali Kasan Ketua BMA Mukomuko. Gubernur Hasan Zen bermohon, pemberian gelar adat diwakilkan kepada Prof. Dr. KH Djamaan Noor, yang ketika itu menjabat sebagai Rektor IAIN Bengkulu. 

‘’Atas saran dari Gubernur Hasan Zen, kami yang hadir ketika itu turut menerimanya. Pemberian gelar atas nama Kaum Seandeko diwakili oleh bapak Djamaan Noor,’’ terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: