RMONLINE.ID - Geli adalah sensasi yang sering kita alami ketika digelitik, tetapi apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh kita saat merasakan sensasi ini?
Rasa geli bisa jadi salah satu respons tubuh yang paling aneh dan lucu. Namun, di balik reaksi tersebut, ada penjelasan ilmiah yang menarik.
Ketika seseorang digelitik, tubuh merespons dengan gelak tawa atau rasa tidak nyaman yang mirip dengan reaksi defensif.
Penelitian menunjukkan bahwa sensasi geli dihasilkan dari kombinasi rangsangan fisik dan psikologis.
BACA JUGA:Merasa Hidup Monoton dan Gitu-Gitu Aja? Coba Lakukan 5 Hal Ini
BACA JUGA:3 Zodiak yang Bisa Jadi Teman Terbaik untuk Cancer, Bahkan Bisa Jadi Pasangan Hidup
Rangsangan fisik terjadi ketika kulit kita disentuh dengan lembut atau digelitik. Reseptor di kulit, terutama yang sensitif seperti mekanoreseptor, mendeteksi sentuhan ini dan mengirimkan sinyal ke otak.
Namun, yang membuat sensasi ini unik adalah bagaimana otak kita memproses sinyal tersebut. Rasa geli terjadi karena otak kita menganggap rangsangan ini sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak terduga.
Menurut teori yang diusulkan oleh para ahli, sensasi geli dapat dilihat sebagai mekanisme perlindungan tubuh terhadap potensi bahaya. Ketika kita merasa geli, tubuh kita mungkin merespons dengan tawa atau gerakan untuk menghindari sentuhan lebih lanjut.
Di sisi lain, sensasi geli juga bisa dipengaruhi oleh konteks sosial dan psikologis. Misalnya, kita sering merasa geli ketika digelitik oleh orang lain, bukan ketika kita melakukan hal yang sama pada diri kita sendiri.
Ini karena otak kita sudah mengantisipasi sentuhan dari orang lain sebagai sesuatu yang tidak terduga, sedangkan sentuhan diri sendiri tidak dianggap sebagai ancaman.
BACA JUGA:Benarkah Ceker Ayam Mengandung Kolestrol yang Tinggi? Ini Faktanya
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rasa geli juga berkaitan dengan bagian otak yang disebut korteks sensorik dan sistem limbik, yang mengontrol emosi dan respons.
Korteks sensorik bertanggung jawab untuk memproses sensasi sentuhan, sedangkan sistem limbik mengelola bagaimana kita merespons secara emosional.