Ketika kedua sistem ini berfungsi bersama, mereka menciptakan perasaan geli yang unik dan terkadang tidak nyaman.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Psychology, para peneliti menemukan bahwa respon geli dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepekaan kulit dan tingkat kecemasan.
Individu dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi mungkin lebih sensitif terhadap sensasi geli karena mereka lebih mudah terstimulasi oleh rangsangan yang tidak terduga.
Menariknya, rasa geli juga bisa menjadi bagian dari hubungan sosial. Tawa yang dihasilkan dari rasa geli sering kali berfungsi sebagai sinyal sosial, menunjukkan bahwa kita merasa nyaman dengan orang yang menggeli kita atau sebagai bentuk bonding. Ini mungkin menjelaskan.*