Sosok 6 Wanita Tangguh di Medan Perang Saat Melawan Penjajah Bangsa

Kamis 01-08-2024,10:00 WIB
Reporter : Amris
Editor : Amris

Andi Depu Maraddia Balanipa

Andi Depu Maraddia Balanipa, Puang Depu Maraddia Balanipa atau Ibu Agung adalah pejuang wanita yang berhasil mempertahankan Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat dari penaklukan Belanda.

Pada tahun 1942, ia mengibarkan bendera Merah Putih di awal kedatangan pasukan Jepang di Mandar. 

Pada kejadian,15 Januari 1946, suasana mencekam. Puluhan tentara Belanda berseragam NICA dengan senjata lengkap tiba-tiba datang tanpa diundang. Mereka mengepung Istana Balanipa yang memang menjadi markas para pejuang republik di Mandar, Sulawesi Barat.  

Tiba-tiba terdengar suara dari dalam istana, “Hei kau, anjing Belanda! Kalau kalian berani, tebaslah tiang bendera ini bersama dengan tubuh saya. Langkahi mayat saya sebelum kalian menurunkan Sang Saka ini!” hardik perempuan yang tidak lain adalah si empunya istana alias Ratu Balanipa.

Beberapa serdadu NICA di barisan terdepan bergerak maju, bermaksud menurunkan Sang Merah-Putih yang dikibarkan di halaman istana, langsung terkejut saat mendengar teriakannya yang menggema dan garang. Mereka, para tentara Belanda yang akan mendekat memilih ambil langkah surut atau mundur secara teratur. 

Maka Andi Depu Maraddia Balanipa juga sering diberi sebutan "Singa Betina" dari Sulawesi, karena keberanian dan suaranya yang menakutkan bagi musuh.

Berkat keberaniannya tersebut, ia mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno. 

Siti Manggopoh

Siti Manggopoh berasal dari ari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat. Ia lahir 1 Mei 1880 dan meninggal 22 Agustus 1965. 

Siti Manggopoh dijuluki "Singa Betina" karena keganasannya dalam melawan penjajah Belanda. Bahkan perempuan tangguh dari minangkabau ini ini diceritakan pernah menghabisi 53 orang pasukan Belanda, setelah dirinya berhasil melakukan penyusupan ke Benteng Belanda.

Dalam sejarahnya Siti Manggopoh melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting) yang mencekik masyarakat. Hingga ia angkat senjata di medan perang, lewat siasat jitunya. 

Ia ditangkap dan dipenjara 14 bulan di Lubuk Basung, Agam, 16 bulan di Pariaman, dan 12 bulan di Padang. 

Mungkin karena anaknya masih kecil atau karena alasan lainnya, akhirnya Siti Manggopoh dibebaskan. Namun suaminya dibuang ke Manado. Siti wafat pada 20 Agustus 1965 di Gasan Gadang, Pariaman, Sumatera Barat.

Demikian 5 pejuang wanita hebat Indonesia yang dalam berbagai tulisan dan cerita sering dijuluki "Singa betina". Sebutan ini untuk mempertegas gambaran sosoknya yang tidak pernah takut hadapi lawan, layaknya seekor singa. Masih banyak pejuang dan pahlawan wanita lain yang juga layak mendapat sebutan hebat lainnya.*

Kategori :