RMONLINE.ID - Starbucks, merek kopi global yang terkenal dengan logo siren hijaunya, sering menjadi pusat perhatian ketika topik boikot terkait Israel mencuat.
Sebagai salah satu perusahaan paling terkenal di dunia, tak heran jika langkah atau sikapnya sering kali menjadi sorotan\
Boikot terkait Israel sering kali diinisiasi oleh kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan kebijakan Israel terhadap Palestina.
Kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) adalah salah satu gerakan yang sering menyerukan boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang dianggap mendukung Israel.
BACA JUGA:Pakai Bahan Alami Ini Bisa Bantu Menghilangkan Daging Tumbuh
Starbucks, meskipun tidak memiliki operasi langsung di Israel sejak tahun 2003, kerap menjadi sasaran rumor dan tuduhan bahwa mereka memberikan dukungan finansial kepada Israel.
Howard Schultz, mantan CEO Starbucks, yang kebetulan beragama Yahudi, juga sering menjadi alasan mengapa Starbucks dikaitkan dengan dukungan terhadap Israel.
Namun, penting untuk dicatat bahwa Schultz sendiri sudah tidak aktif di Starbucks sejak beberapa tahun lalu dan perusahaan telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam politik internasional.
Secara umum, dampak boikot terkait Israel terhadap bisnis Starbucks cenderung minimal. Ada beberapa alasan mengapa boikot ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja perusahaan secara signifikan:
• Jaringan Global yang Luas: Starbucks memiliki lebih dari 30.000 gerai di seluruh dunia. Pasar mereka sangat terdiversifikasi, sehingga boikot di satu wilayah cenderung tidak mempengaruhi pendapatan global mereka secara besar-besaran.
BACA JUGA:Tahukah Kalian dengan Buah Alkesa? Buah Sawo Mentega yang Kaya Akan Manfaat Bagi Kesehatan
• Reputasi Brand yang Kuat: Starbucks telah membangun reputasi yang kuat sebagai merek kopi premium. Loyalitas pelanggan mereka cenderung tinggi, dan keputusan pembelian sering kali didasarkan pada kualitas produk dan pengalaman pelanggan daripada faktor politik.
• Penanganan Krisis yang Efektif: Starbucks cukup tanggap dalam menangani isu-isu yang muncul terkait boikot. Mereka secara konsisten mengklarifikasi posisi mereka yang netral dalam konflik politik internasional dan berfokus pada misi mereka untuk menyediakan tempat ketiga bagi pelanggan, di luar rumah dan kantor.