RMONLINE.ID - Tradisi qurban sebenarnya berasal dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.
Dalam cerita ini, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya sebagai bentuk ketaatan.
Namun, saat Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah menggantinya dengan seekor domba.
Sejak saat itu, menyembelih hewan sebagai qurban menjadi simbol ketaatan dan pengorbanan dalam ajaran Islam.
Sapi dan kambing dipilih karena mereka adalah hewan ternak yang umum ditemui di daerah Timur Tengah, tempat asal kisah ini.
BACA JUGA:Soal Tes PPPK Sudah Siap, Ini Perkiraan Yang Akan Diuji
BACA JUGA:Kabar Gembira Sambut Musim Tanam Petani Mukomuko, Pemerintah Tambah Kuota Pupuk Subsidi
Hewan-hewan ini juga lebih mudah diakses oleh masyarakat saat itu, sehingga tradisi ini terus berlanjut hingga sekarang.
Selain itu, sapi dan kambing memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Mereka adalah sumber daging yang utama dan banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menyembelih hewan-hewan ini, dagingnya bisa didistribusikan kepada yang membutuhkan, terutama fakir miskin.
Ini adalah cara untuk memastikan bahwa mereka juga bisa menikmati daging, yang mungkin jarang mereka konsumsi.
Qurban juga memiliki dampak sosial yang besar. Membagikan daging qurban memperkuat ikatan sosial di antara masyarakat, karena kegiatan ini melibatkan banyak orang dalam proses penyembelihan, pembagian, dan konsumsi daging qurban.
BACA JUGA:Selokan Mataram Dibangun Era Jepang Yang Kejam, Tapi Sri Sultan Hamengkubuwono IX Cerdik
BACA JUGA:Dukung Gerbangtara, Menpora: Pembangunan IKN Selaras dengan Pemuda
Ini adalah bentuk solidaritas dan kebersamaan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.