RADARMUKOMUKO.COM - Ratusan tahun berkuasa menindas rakyat Indonesia dengan cara perbudakan, kerja paksa dan bahkan pergundikan, pada akhirnya orang Belanda dan antek-anteknya pernah mendapat "Hukum Karma".
Dimana saat Jepang mulai mengambil alih kekuasaan di Indonesia tahun 1942 orang-orang eropa khususnya Belanda yang berhasil mereka kalahkan, diburu layaknya penjahat dan menusia tak berguna. Bahkan Gubernur Jendral van Starkenborgh langsung ditawan.
Seluruh orang-orang Belanda atau Eropa ditangkap dan ditawan. Sebagian dari mereka berhasil melarikan diri hingga ke berbagai negara termasuk pulang kampung ke Belanda.
Wanita, laki-laki, tua, muda bahkan sampai anak kecil yang berasal dari Belanda atau keturunannya ikut ditawan oleh Jepang dengan kondisi menyedihkan.
Bukan itu saja, Jepang pun meluluh lantakkan semua hal-hal yang berbau barat seperti patung, arsip, bahasa, dan sebagainya. Tujuannya untuk menyingkirkan pengaruh barat dan menegaskan bahwa Jepang merupakan saudara seperjuangan dalam perang dan penyelamat bagi Asia termasuk Indonesia sendiri.
Merasa Jepang sebagai penyelamat dan bisa menjadi andalan, masyarakat Indonesia ikut agresif dan menyerang serdadu-serdadu dan warga sipil Belanda, higga semuanya tiada ampun. Satu-satunya cara menyelamatkan diri, yaitu menjadi tawanan pihak Jepang.
melansir dari aartreya.com, menurut Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern, selama setahun lamanya perkiraan tentang jumlah seluruh tawanan Jepang sekitar 170.000 orang, 65.000 orang diantaranya adalah tentara Belanda, 25.000 orang adalah serdadu-serdadu sekutu lainnya dan 80.000 adalah warga sipil (wanita dan anak-anak).
BACA JUGA:Cerita Penjajahan Yang Diajarkan di Sekolah Belanda, Berbeda Dengan Buku Sejarah Indonesia
BACA JUGA:Politik Adat Bangsa Kita Dijadikan Strategi Licik Oleh Belanda Pura-pura Mengakuinya Asalkan
Kondisi kamp-kamp tawanan sangatlah buruk. Kurang lebih 20 persen tawanan militer Belanda, 13 persen warga sipil wanita, dan 10 persen anak-anak meninggal dunia.
Hampir semua tahanan penuh, bahkan diceritkan gadis-gadis muda Belanda dan sekutunya diambil untuk dijadikan pelacur, bekerja di restoran-restoran, untuk melayani para militer Jepang. Laki-laki dikerja paksa dan jika ketahuan tidak patuh atau salah, maka akan menerima siksaan.
Namun, selanjutnya kekejaman Jepang mulai mengarah ke warga pribumi, janji manis diawal sama sekali tidak terbukti, hingga dikenal masa penjajahan Jepang sangat menyiksa bagi masyarakat Indonesia. Kerja paksa dimana-mana, pelecehan dan pembunuhan.
Hikmahnya Indonesia akhirnya bisa merdeka setelah di jajah Jepang. Dimana kekalahan Jepang dalam perang dunia dan menyerah dimanfaatkan untuk proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Kondisi setelah kemerdekaan juga belum baik, huru-hara, pembantaian, dan perampokan massal dilakukan dilakukan oleh masyarakat pro-kemerdekaan, atau yang biasa disebut sebagai Pemoeda dan Pelopor pada pada tahun 1945–1947, setelah proklamai kemerdekaan.
Masa Bersiap merupakan sebuah teror, kekacauan, dan kekerasan yang dilatarbelakangi amarah dan keinginan balas dendam pribumi terhadap kolonialisme Belanda.