RADARMUKOMUKO.COM - Kutub Utara, sebuah wilayah yang memiliki iklim yang sangat dingin dan keras di sini, suhu udara bisa mencapai minus 40 derajat Celsius, dan malam kutub bisa berlangsung selama berbulan-bulan.
Namun, di tengah kondisi yang tidak ramah ini, ada sekelompok manusia yang mampu bertahan hidup dan berkembang, yaitu Suku Sami.
Suku Sami adalah penduduk asli yang tinggal di wilayah Sápmi di Kutub Utara yang saat ini mencakup ujung utara Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Semenanjung Kola di Rusia.
Suku Sami adalah satu-satunya penduduk asli di Skandinavia yang diakui dan dilindungi oleh konvensi internasional dan merupakan penduduk asli paling utara di Eropa. Siapa sebenarnya Suku Sami dan apa saja keunikan mereka?
BACA JUGA:Suku Eskimo Menitip Istri Pada Teman Pria Agar Tak Kesepian dan Kedinginan, Jika Hamil Tidak Masalah
BACA JUGA:Kisah Tessy Dari Anggota TNI Menjadi Pelawak Hingga Sempat Terjerumus Narkoba
Suku Sami adalah kelompok etnis yang termasuk dalam rumpun bahasa Finno-Ugrik. Mereka bermigrasi dari wilayah Siberia ke wilayah Kutub Utara sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Mereka menyebar ke berbagai wilayah di Kutub Utara dengan menggunakan perahu kulit (kayak) dan kereta anjing (sled).
Mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dingin dengan mengembangkan teknologi, budaya, dan makanan yang khusus. Semua jenis air dan makanan membeku kecuali air luda?
Suku Sami hidup dalam kelompok-kelompok yang disebut siida, yang memiliki hubungan kekerabatan dan wilayah masing-masing.
Mereka mengembangkan budaya mereka sendiri dengan mitologi, seni, musik, tarian, dan perang yang berbeda dengan budaya Finno-Ugrik lainnya.
Mereka juga menghormati alam dan roh-roh leluhur (Mukuru) sebagai bagian dari kepercayaan mereka.
Kehidupan Suku Sami mulai berubah ketika orang Barat mulai datang ke Kutub Utara pada abad ke-16. Salah satu orang Barat pertama yang menemukan Suku Sami adalah Samuel Maharero, seorang pemimpin Herero, pada tahun 1884.
Dia menggambarkan Suku Sami sebagai orang-orang yang "sangat ramah dan bersahabat" dan "membantu dan bekerja sama dengan orang-orang Herero".
Sejak saat itu, beberapa upaya kontak telah dilakukan oleh berbagai pihak, seperti pedagang, penjelajah, misionaris, antropolog, dan pemerintah.