RADARMUKOMUKO.COM – Harga getah karet terus mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir. Dimana dari awal Januari sampai dengan September 2023, harga getah karet tingkat petani hanya Rp 5 ribu sampai dengan Rp 6 ribu per kilogram (Kg).
Sehingga banyak petani karet di Kecamatan V Koto, Kabupaten Mukomuko yang beralih menanam sawit. Sebab harga ini tidak sebanding dengan kebutuhan pokok yang terus naik dari hari ke hari.
Kades Lubuk Cabau, Iskabar, AP yang juga sebagai tauke karet di Kecamatan V Koto, mengatakan, bahwa harga getah karet dalam minggu ini tingkat petani Rp 6 ribu per kg.
Sebab harga net dijual para toke Rp 17 ribu per kg dengan kondisi getah kering yang sudah bersih dan tidak ada lagi campuran tatal serta daun. Maka getah yang dibeli dari petani bisa menyusut sampai 60 persen.
BACA JUGA:Banyak Warga Main Layangan, Disebut Alasan Listrik Byar-Pet di Mukomuko
Dengan kondisi demikian, artinya saat toke menjual getah ke pabrik hanya tinggal 40 persen. Sehingga akumulasi perhitungannya harga Rp 17 ribu dikali 40 persen, hasilnya Rp 6.800,-.
Atas dasar itulah harga karet tingkat petani hanya tembus Rp 6 ribu per kg.
“Petani karet memang semakin hari semakin sedikit, karena harga getah karet sangat murah. Harga normal Rp 15 ribu per kg, sekarang hanya Rp 6 ribu per kg,”kata Iskabar.
Masih Iskabar, dulu pengiriman getah karet per bulan sampai puluhan ton. Namun sekarang hanya 500 kg, paling banyak 1 ton. Bahkan pernah dalam satu bulan tidak ada pengiriman, karena getah karet dari petani hanya sedikit.
Maka dari itu, di Kecamatan V Koto petani karet hanya tersisa sedikit. Yakni di Desa Lubuk Cabau, Talang Petai dan Pondok Tengah. Ia juga mengatakan, toke karet yang masih menampung hasil dari petani di V Koto mungkin hanya dirinya.
“Banyak toke yang tidak membeli getah karet lagi, sebab secara perhitungan bisnis dengan jumlah dan harga demikian sudah tidak relevan,”ujarnya.
BACA JUGA:Pemkab Dukung Pengembangan Bandara Mukomuko, Ruas Jalan Nasional Dialihkan
Namun walaupun dengan kondisi demikian, ia tetap menampung berapapun hasil panen getah karet dari para petani. Dan juga ia tidak pernah menekan harga. Jika harga net naik, harga tingkat petani juga naik.
Namun jika harga turun, harga petani juga ikut turun. Iskabar menambahkan, bahwa ia bukan mempertahankan bisnis, melainkan hanya memikirkan nasib para petani karet. Sebab jika ia tutup, tentu petani karet di V Koto akan kehilangan arah.
“Kalau mengejar untung sudah tidak ketemu. Namun selagi masih ada petani yang menjual getah karet, akan tetap kita tampung,”tutupnya.*