RADARMUKOMUKO.COM - Sebagai daerah yang kaya, sebagai penghasil lada, Lampung menjadi incaran pemerintah Hindia Belanda untuk dikuasai. Belanda menempuh berbagai caran agar dapat kuasai Lampung.
Namun keinginan tersebut tidak dapat terwujud dengan mudah karena rakyat Lampung dengan tegas menentang pendudukan Belanda.
Perlawanan rakyat Lampung terhadap Belanda dipimpin oleh Radin Inten II, yang masih keturunan Sunan Gunung Jati. Perang lampung berlangsung selama lima tahun.
Melansir dari berbagai sumber, salah satunya wikipedia, sejak dulu Lampung punya hubungan yang mesra dengan Kesultanan Banten. Salah satu cara Belanda untuk menguasai Lampung dengan membujuk Radin Intan II supaya mau bekerja sama dengan mereka.
Tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah. Alih-alih bekerja sama, Radin Intan II yang masih 16 tahun justru memilih untuk mengangkat senjata, melawan kehadiran Belanda.
BACA JUGA:Wanita Indonesia Menjadi Mata-Mata Belanda Hingga Alasan Dibentuknya Polwan
Tentu saja seluruh rakyat Lampung berada di belakangnya. Tak hanya dukungan dari rakyat Lampung, Radin Intan II juga mendapat dukungan dari tokoh dari Banten bernama Wakhia.
Wakhia sendiri menggerakkan perlawanan terhadap Belanda di daerah Semaka dan Sekampung. Sementara Radin Intan II memperkuat barisannya dengan membangun benteng baru lengkap dengan persenjataannya.
Belanda merespon tantangan Lampung dengan mengirim sekitar 400 personel pada 1851. Daerah yang dipilih Belanda adalah Merambung, pusat komando Radin Intan II.
Tapi apa mau dikata, serdadu Belanda tak bisa menempus pertahanan Radin Intan II. Belanda mengalami beberapa kali kegagalan untuk masuk Lampung.
Lima tahun kemudian, Belanda kembali mengirim pasukan ke Lampung, kali ini dengan armada yang lebih banyak.
Setidaknya ada sembilan kapal perang, tiga kapal pengangkut alat perang, dan puluhan kapal lainnya dikirim Belanda ke Lampung.
Sosok yang dipercaya memimpin ekspedisi itu adalah Kolonel Welson. Radin Intan II, menghadapi serbuan Belanda ini dengan gagah berani.
Setelah berkali-kali menemui jalan buntu, Belanda pun mengubah strategi perangnya.