RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, setelah kemerdekaan Indonesia dan kekalahan Jepang dan perang dunia II. Belanda dengan memboncengi sekutu kembali datang untuk menjajah Indonesia dan mereka tidak mengakui kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Maka periode awal 1945 hingga 1949 bangsa ini belum bisa tenang, karena kekuasaan dari kaum penjajah masih sangat kuat. Bahkan sebaliknya Belanda menganggap kemerdekaan merupakan bentuk pembangkangan yang dilakukan terhadap mereka. Maka dari sana, berbagai gejolakpun terjadi.
Kita kenal dari berbagai pelajaran sekolah dan buku cerita sejarah lainnya, begitu banyak perperangan yang terjadi dalam kurun waktu 1945-1949. Tidak sedikit rakyat dan pejuang yang menjadi korban mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sama dengan sebelumnya, Belanda juga menerapkan strategi adu domba untuk mengalahkan perjuangan rakyat Indonesia.
Belanda banyak menggunakan rakyat Indonesia yang berhianat menjadi pembelanya dalam perang hingga menjadi mata-mata Belanda yang berperan menyusup pada pasukan pejuang republik.
BACA JUGA:Kisah 6 Wanita Minangkabau dan Hari Polwan 1 September, Kaum Emak-Emak Tak Mau Diperiksa Polisi Pria
BACA JUGA:Hari Tani Nasional ke 63, Serikat Tani Apresiasi Kinerja Pemkab Mukomuko di Bidang Pertanian
Termasuk banyak wanita pribumi yang menjadi mata-mata Belanda, mereka masuk ke pengungsian-pengungsian.
Atas dasar itu pula, pada masa itu aparat Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap semua orang yang masuk ke wilayah pengungsian, baik pria maupun wanita.
Saat itu, banyak wanita Indonesia dan kemungkinan diantaranya menjadi mata-tama Belanda, menolak untuk diperiksa, alasannya tidak mau dilecehkan. Sebab petugas yang memeriksa baik polisi maupun tentara adalah semuanya pria.
Karena sudah pasti dalam pemeriksaan terhadap pengungsi dilakukan penggeledahan secara total dengan diraba. Karena waktu itu belum ada alat canggih yang bisa digunakan untuk mendeteksi barang yang dibawa.
Banyaknya penolakan diperiksa lelaki, memaksa para istri tentara turun tangan membantu melakukan penggeledahan pada pengungsi wanita.
BACA JUGA:6 Pejuang Wanita Dijuluki 'Singa Betina' Karena Kehebatan dan Keberanianya Saat Lawan Penjajah
BACA JUGA:Keris Jenderal Soedirman, Kesaktianya Samarkan Kampung Nganjuk Tak Terlihat Belanda Lewat Pesawat
Menurut Juansih, dkk dalam buku berjudul, “Polwan untuk Negeri: Bunga Rampai Pemikiran dan Pengalaman yang Menginspirasi” wanita pribumi yang pernah bekerja jadi mata-mata Belanda kerap melakukan aksinya dengan menyelinap ke kamp-kamp pengungsian rakyat Indonesia akibat jadi korban perang.