Jika pada negara maju petani merupakan salah satu profesi yang menjanjikan, maka berbeda halnya dengan di Indonesia dimana petani malah justru dianggap sebagai salah satu profesi kuno dan kampungan.
Indonesia berada diurutan ke lima Gross Domestic Produk (GDP) dunia untuk sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Petani di Indonesia dan nelayan yang kurang sejahtera, di mana rata-rata pendapatan mereka Rp 1,36 juta dan juga karena dinilai kurang menghasilkan, makannya jumlah petani dan nelayan Indonesia semakin hari semakin menurun.
Menurunnya potensi agribisnis di Indonesia dikarenakan beberapa problematika yang dialami oleh petani, nelayan, maupun di tingkat industrinya.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Fasilitasi Anak Petani Mukomuko Daftar Beasiswa Pendidikan BPDPKS
Diantaranya terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi, bingung akan mengirim produk, transaksi yang tidak transparan, serta kurangnya pengetahuan petani dan nelayan akan kualitas produk yang baik.
Berikut beberapa penyebab petani di indonesia kurang makmur dan sejahtera
1. Gaptek
Kurangnya pengetahuan akan pemanfaatan teknologi informasi semacam internet untuk mencari informasi yang mereka butuhkan guna melakukan peningkatan di berbagai sektor pertanian.
Sekarang sebagian besar petani Indonesia terdiri dari orang tua dengan posisi 71 persen diyakini kesulita mengikuti perkembangan teknologi.
2. Menurunnya peminat
Sudah selama ini citra petani dianggap sebagai profesi yang ketinggalan jaman dan kotor, tidak digargai.
Ini menjadikan image petani sebagai pekerjaan golongan paling bawah yang tentu saja kurang diminati untuk dijadikan tujuan.
Padahal pemikiran seperti ini sepenuhnya salah. Petani adalah profesi yang mulia dimana para petani merupakan salah satu penentu ketahanan pangan bangsa.
3. Belum optimalnya pemasaran