BACA JUGA:6 Suku Paling Tua di Indonesia Yang Berkembang dan Masih ada Hingga Sekarang
Sehari setelahnya, Jepang membubarkan PETA dan menyita seluruh senjata milik tentara pribumi.
Mereka lalu diminta pulang kekampung halaman masing-masing.
Tetapi Soedirman masih mempunyai niat untuk mengumpulkan mereka kembali demi menghimpun kekuatan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
"Bersama Residen Banyumas, Mr Iskaq Tjokroadisurjo, dan beberapa tokoh lainnya, akhirnya keinginan Soedirman yang arif ini membuahkan hasil.
Dia melakukan perebutan kekuasaan dari tangan Jepang secara damai.
Komandan Batalion Tentara Jepang Mayor Yuda menyerahkan senjata cukup banyak.
Oleh karena itu, BKR Banyumas merupakan kesatuan yang memiliki senjata terlengkap," demikian dituturkan dalam buku "akhirnya Sang Jenderal Mengalah"
Sebagaimana mengutip 'Peranan Panglima Besar Soedirman dalam Revolusi Indonesia' karya Roeslan Abdulgani.
Peran Soedirman semakin signifikan setelah proklamasi di saat mulai kembalinya pasukan Belanda yang membonceng sekutu ke Indonesia.
Soedirman diceritakan mengatur barisan di daerah Kedu saat pertempuran di Semarang.
"Ketika Tentara Inggris menyerbu dari Semarang ke Ambarawa, Soedirman menghadapu tentara gabungan itu dengan gagah berani.
Terjadilah pertempuran dahsyat, dan akhirnya untuk kesekian kalinya Soedirman memenangi pertempuran. Musuh pun diusir kembali ke Semarang. Sejak saat itu nama Soedirman terkenal," demikian seperti diceritakan dalam Buku 'Soedirman Biografi Singkat 1916-1950' karya Taufik Adi Susilo
Soedirman menjadi pemimpin ketika Badan Keamanan Rakyat(BKR) dibentuk di Banyumas pada 22 Agustusb1945.
Setelah itu, Soedirman diangkat menjadi Komandan Resimen Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dengan pangkat kolonel.