Baru-baru ini, saya juga mendapatkan informasi menarik dari arsip-arsip sejarah lokal dan para saksi sejarah Perang Kemerdekaan di wilayah Ciranjang, Cianjur. Dalam pertempuran brutal di sekitar Jembatan Cisokan Lama pada Maret 1946, 4 prajurit Gurkha tertawan pasukan Republik. Salah satunya bernama Besin dari Batalyon Gurkha Rifles 3/3.
“Ia berhasil kami tangkap dan langsung kami tahan sebagai tawanan perang,” ungkap R.Makmur, veteran pejuang yang terlibat dalam pertempuran di Cisokan.
BACA JUGA:9 Pahlawan Dikenal Sakti Ditakuti Belanda, Kebal Peluru Hingga Bisa Menghilang
Saat dilakukan tukar menukar tawanan, Besin menolak dikembalikan ke pasukannya. Dia lebih memilih untuk bergabung dengan pihak Republik sebagai ajudan wedana Ciranjang.
Terakhir menurut Makmur, Besin menikahi perempuan setempat dan menghabiskan masa senjanya berkeliling menjajakan bilik (bahan untuk dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu).
“Sebelum meninggal pada 1970-an, Besin berprofesi sebagai penjaga sebuah sekolah dasar di Ciranjang,” ujar Makmur.
John Edward
John adalah seorang letnan berkebangsaan Inggris dari Batalyon 6 South Wales Border Brigade 4 pimpinan Brigjen TED Kelly. Dia membelot ke pihak Republik pada 1946 dan bergabung dengan Batalyon B pimpinan Kapten Nip Xarim.
BACA JUGA:Pulau Onrust, Pulau Penuh Misteri yang di Huni Hantu Noni Belanda yang Menyeramkan dan Mengerikan
Dia lantas dibawa ke Aceh dan menjadi penyiar bahasa Inggris Radio Rimba Raya. Kadang-kadang dia menjadi ajudan Komandan Divisi X Kolonel Husein Yusuf.
Beberapa waktu kemudian, pangkatnya dinaikan menjadi kapten. Di kalangan gerilyawan Indonesia kawasan Sumatera, John Edward lebih dikenal sebagai Kapten Abdullah Inggris.
“Setelah memperistri perempuan Pematang Siantar, dia masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdullah Siregar. John Edward meninggal di Pematang Siantar pada tahun 1956 sebagai orang biasa yang hidupnya sangat sederhana,” ujar Muhammad TWH, jurnalis sepuh Medan yang pernah mendalami kehidupan Edward.
Johannes Cornelis Princen
Johannes Cornelis Princen awalnya seorang kopral wajib militer dari Divisi 7 Desember. Johannes Cornelis Princen yang sejak semula sudah merasa tak sreg dengan pengiriman tentara Belanda ke Indonesia.
“Rasanya ironis saja, kita yang baru saja bebas dari Jerman lalu menjadi penjajah bagi bangsa lain yang ingin merdeka,”ungkapnya.
Namun karena terancam hukuman mati, Princen tetap dipaksa untuk ikut dalam rombongan tentara yang berangkat ke tanah Jawa.