Kiai Moenasir secara umum memberikan andil besar dalam mengusir penjajah dari ibu pertiwi. Dirinya yang bergabung hingga melatih dalam kelompok militer didikan Nahdlatul Ulama.
Sejak lulus pesantren, ia mengangkat senjata hingga menjadi Komandan Batalyon (Danyon) Condromowo dan dikenal dengan ahli perang gerilya.
BACA JUGA:Perang Sisingamangaraja, Perlawanan Masyarakat Batak Terhadap Belanda
Sosoknya juga dikenal sakti, ia memiliki ilmu Condromowo dan karena itu ia dipercaya menjadi komandan batalyon yang diberi nama Condomowo. Condro artinya mata, mowo artinya bara api. Ilmunya terkenal dapat menghilang, tidak terlihat oleh musuh.
Kisahnya pernah suatu malam, Kiai Moenasir dan pasukannya turun dari Pacet untuk menyerang tentara kolonial Belanda yang bermarkas di utara Alun-alun Kota Mojokerto. Sebab, ia menerima informasi penjagaan pasukan penjajah sedang renggang.
Saat sampai di Jembatan Brangkal yang sekarang menjadi jalan nasional Surabaya-Madiun, Moenasir dan pasukannya berpapasan dengan patroli tentara Belanda bersenjata lengkap dan panser.
BACA JUGA:Perang Kedondong, Pasukan Ulama, Santri, Pemuda, Petani Hingga Buruh Bikin Belanda Pontang Panting
Karena mendadak, beliau tidak bisa lari, kalau lari akan terlihat oleh musuh. Beliau menyuruh anak buahnya pegangan berantai ke pundaknya. Saat Belanda lewat, beliau dan pasukannya tak terlihat. Padahal posisi mereka di atas jembatan.
Selain tak terlihat, ilmu Condromowo yang dimiliki Kiai Moenasir konon juga bisa membuat nyali musuh ciut hanya dengan menatap matanya.
3. Untung Surapati
Perjuangannya dalam memberantas pasukan Belanda sudah membuat Belanda kewalahan, terlebih lagi dengan kesaktian Untung Suropati yang kebal akan peluru. Karena kesaktiannya ini, Untung Suropati sulit ditaklukkan di medan perang.
BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda
Dalam buku berjudul Untung Surapati Melawan VOC Sampai Mati karya Sri Wintala Achmad, dikisahkan mengenai pertempuran gabungan antara tentara Sampang, Surabaya, dan tentara VOC, dengan pasukan Pasuruhan dan Bali yang dipimpin oleh Untung Surapati.
Dalam perang tersebut, peluru-peluru ditembakkan hingga membunuh banyak pasukan dari kedua belah pihak, namun hal itu tidak mempengaruhi Untung Suropati.
Dia masih terlihat gagah duduk di atas kuda Kiai Pakeling miliknya dan membunuh pasukan kompeni dengan tangannya. Bahkan, saat peluru emas ditembakkan padanya, Untung Suropati tidak mengalami luka yang serius.
4. Sisingamangaraja XII