Perang Jagaraga Bali, Belanda Berkali-Kali Kehabisan Pasukan

Selasa 25-07-2023,04:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Perjanjian itu ditandatangani oleh Raja Buleleng dan Raja Karangasem yang membantu Perang Buleleng. 

Adapun isi perjanjian, du kerajaan harus mengakui ada di bawah kekuasaan Gubernemen dan mengakui raja Belanda sebagai tuannya.

BACA JUGA:5 Peristiwa Sejarah Menyebabkan Ka'bah Ditutup, Mulai Dari Perang Hinga Covid 19

Tidak boleh membuat perjanjian dengan bangsa kulit putih lainnya. Segera menghapus peraturan Tawan Karang dan  Membayar biaya perang besar 300.000 gulden, raja Beleleng dibebankan 2/3 sedangkan raja Karangasem 1/3 yang harus dilunasi dalam kurun waktu 10 tahun.

Perang Jagaraga pertama pada tanggal 8 Juni 1848, Belanda melakukan penyerbuan melalui Pelabuhan Sangsit dengan kekuatan 22 kapal perang yang dilengkapi meriam. 

Dalam aksi ini, sebanyak 250 serdadu Belanda tewas. Hal ini menandai, kekalahan Belanda pada Perang Jagaraga pertama. Dalam aksi ini, sebanyak 250 serdadu Belanda tewas. Hal ini menandai, kekalahan Belanda.

Setelah kemenangan Perang Jagaraga pertama, I Gusti Ketut Jelantik menyadari bahwa Belanda akan melakukan serangan balasan. 

BACA JUGA:Suku Paling Ditakuti di Indonesia, Jago Berperang Hingga Punya Ilmu Gaib

Untuk itu, I Gusti Ketut Jelantik dan Jro Jempiring selalu membakar semangat patriotirme para prajurit dan melakukan latihan perang bersama prajurit dan sekutu-sekutunya. Upaya lain adalah meningkatkan logistik dan peralatan perang dan selalu waspada jika terjadi serangan musuh yang sifatnya mendadak.

Sementara di Batavia, pada April 1849, Pemerintah Belanda melakukan melakukan persiapan kedua untuk menggempur prajurit Jagaraga. 

Pemimpin Perang Jagaraga kedua Pemerintah Hindia Belanda adalah Jenderal Michiels dan Letkol CA de Brauw dengan kekuatan 60 kapal dan senjata moderen lengkap. Sebelum perang, mereka mengirim pasukan khusus untuk mempelajari sistem strategi perang yang digunakan I Gusti Ketut Jelantik. 

BACA JUGA:Tradisi Pasola Perang Adat, Darah Menyuburkan Tanah, Kisah Cinta Segi Tiga

Jenderal Michiels juga mencari petunjuk jalan untuk melakukan gerakan memutar ke belakang lambung sebelah barat benteng pertahanan utama Jagaraga. Strategi yang tidak pernah disadari oleh I Gusti Ketut Jelantik, Raja Buleleng, dan Jro Jempiring. 

Pada tanggal 14 April 1849, armada Belanda sudah mendarat di Pelabuhan Pabean dan Pelabuhan Sangsit untuk melakukan serangan dari dua arah. Mengetahui kedatangan Belanda, I Gusti Ketut Jelantik bersama pasukannya menuju Pelabuhan Pabean untuk melakukan perdamaian dengan Belanda.

Namun utusan Jenderal Michiels menolak permintaan I Gusti Ketut Jelantik. Karena, pihak Belanda mengetahui itu siasat dan taktik I Gusti Ketut Jelantik untuk mengulur waktu agar dapat berkonsolidasi dan meminta bantuan pasukan kepada raja-raja Bali. 

BACA JUGA:Gender Bissu Dalam Suku Bugis, Bukan Wanita dan Bukan Pria

Kategori :