3. Suku Boti
Suku Boti merupakan salah satu suku tertua di Provinsi NTT. Keberadaannya yang nyaris tidak terdengar memang pas dengan lokasi mereka yang bertempat tinggal jauh dari kehidupan kota dan jalur yang ala kadarnya untuk dilewati kendaraan bermotor.
Dari Kupang, Ibukota Provinsi NTT, secara khusus dulu kita akan menjelang Kota So'e yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Kota kecil yang teduh, penghasil buah jeruk. Pada musim jeruk, kita bisa membeli buah itu secara langsung dari pohon.
Jangan heran jika dengan uang sebanyak lima ribu rupiah kita telah dapat dipersilahkan memakan jeruk sepuasnya dari pohon.
4. Suku Bajawa
Untuk suku suku di NTT yang selanjutnya adalah suku Bajawa. Secara bahasa Bajawa berarti India belakang.
Nenek moyang penduduk Bajawa berasal dari India belakang yang masuk ke pulau Jawa, kemudian mereka melanjutkan perjalanan lewat samudera menuju ke Flores dengan mengendarai sampan yang mereka anggap mirip seperti piring.
Oleh karena itu nama kota daerah tinggalnya di Flores disebut dengan Bhajawa, yang berarti piring dari Jawa.
5. Suku Deing
Suku Deing merupakan suatu golongan masyarkat yang mendiami tempat Lebang Beengada, Mariabang, Nadar dan Bagang, yang berada di kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur. Suku Deing, merupakan salah satu dari puluhan suku-suku kecil yang berada di kabupaten Alor.
Populasi suku Deing termasuk kecil, tetapi mereka eksis sebagai suatu golongan masyarakat yang mempunyai adat-istiadat, tradisi dan bahasa sendiri. Suku Deing berdialog dalam bahasa Deing, yang jadi suatu bahasa cabang bahasa Austronesia.
6. Suku Ende
Suku Ende adalah satu dari dua suku yang menjadi mayoritas di kabupaten Ende di pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Ende di kabupaten Ende hidup bersama dengan suku Lio yang juga mendiami tempat ini.
Suku Lio sebagai suku tetangga suku Ende pada biasanya hidup di tempat pegunungan. Meski suku Ende bertempat tinggal di tempat pesisir di sekitar wilayah selatan kabupaten Ende.