RADARMUKOMUKO.COM – Warga Suku Anak Dalam (SAD) atau Suku Kubu Orang Rimba, masih menerapkan tradisi leluhurnya, yaitu Melangun.
Tradisi ini bagi warga Suku SAD untuk menghindari kesialan atau ungkapan kesedihan atas meninggalnya salah satu dari anggota keluarga mereka.
Melangun merupakan kegiatan yang berpindah dari tempat tinggalnya dengan cara berjalan kaki selama minimal 4 bulan hingga setahun, bahkan pada masa dulunya mereka pindah hingga 10 tahun.
BACA JUGA:Suku Aeta, Orang Pertama Filipina Menjadi Pengemis Hingga Terusir
Juga sekarang yang pergi atau melakukan tradisi Melangun hanya keluarga dekat dari mendiang yang meninggal. Pada masa sebelumnya, jika ada yang meninggal bukan saja keluarga dekat, tapi seluruh tetangga, kerabat atau kelompoknya akan pergi bersama-sama.
Bedanya lagi, jika dulu melangun suku kubu akan menelusuri kawasan hutan bukit barisan yang membentang sepanjang pulau sumatera.
Sedangkan sekarang mereka banyak yang melewati jalan raya atau perkampungan masyarakat, yang ada di provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat hingga Sumatera Selatan.
Beberapa diantaranya mengemis atau meminta-minta pada masyarakat yang dilewati sebagai bekal untuk makan dalam perjalanan selama Melangun.
BACA JUGA:10 Suku di Dunia yang Menolak Hidup Modern, Bahkan Menyerang Pendatang
"Sering orang Kubu melintas, mereka biasanya membawa anak-anak dan meminta-minta pada warga," kata salah seorang warga Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Fitri.
Kemungkinan besar banyaknya warga SAD melintasi jalan raya, dikarenakan hutan yang dulu menjadi wilayah mereka untuk melakukan kegiatan melangun sudah banyak yang punah karena berubah fungsi menjadi perkebunan.
Untuk diketahui dalam tradisi SAD, jika ada anggota Suku Anak Dalam meninggal, maka seluruh anggota merasa sedih yang mendalam, mereka menangis, dan meraung-raung selama satu minggu.
Sebagian wanita menghempaskan tubuh mereka ke pohon besar dan tanah. Di antara mereka yang bersedih, ada yang berteriak, dan ada yang mengatakan “laa illa hail”, yang artinya ya Tuhan kembalikan nyawa orang kami.
BACA JUGA:10 Suku Ditakuti di Dunia Karena Ilmu Sihir, 3 Suku Dari Indonesia
Jenazah orang meninggal ditutup dengan kain dari mata kaki hingga menutupi kepala, kemudian diangkat oleh tiga orang dari rumah menuju pemakamannya.