Itulah awal cerita sungai Ketahun yaitu berasal dari sungai yang dilewati oleh putri Rindu Bulan selama setahun, maka sungai itu diberi nama sungai Ketahun dan juga daerahnya yang bernama Ketahun.
Ada juga riwayat lainnya mengenai asal istilah dari kata ketahun, dahulu orang belanda yang masuk kedaerah itu mengambil sumber alam yang ada di sana.
Karena di sana banyak sekali harimau, maka orang belanda tersebut menyebut daerah itu Kat Town.
Seiring waktu, ejaan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan setempat, dan daerah tersebut menjadi Ketahun.
Bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang.
BACA JUGA:Suku Kaum Soandeko Kutuk Usaha Ini di Mukomuko
Sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, tetapi juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti Batak, Jawa, dan Bugis.
Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur bahasa pada suku Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan dengan suku Minangkabau dan Rejang.
Jika daerah tersebut lebih dekat dengan daerah suku Rejang, varian bahasa yang terlihat dari dialek akan mengarah pada bahasa Rejang.
Jika mendekati wilayah budaya Minangkabau, dialeknya akan mengarah pada bahasa Minangkabau.
BACA JUGA:Mayoritas Islam, Ada Suku Yang Bebaskan Berhubungan Dengan Gadis Hingga Wanita Bersuami
Tradisi dan budaya Pekal ini banyak dipengaruhi oleh dua budaya lain seperti dari budaya Minangkabau dan budaya Rejang dengan sedikit pengaruh/unsur dari Melayu Pesisir Bengkulu.
Sepertinya mereka sangat mudah menyerap tradisi dan budaya dari luar, dan menerimanya menjadi bagian dari budaya mereka sendiri.
Saat ini sangat susah mencari akar budaya dari suku Pekal, Karena sebagian besar mereka ambil dari tradisi dan budaya dari luar mereka.*