RADARMUKOMUKO.COM - Tradisi satu ini sangat terkenal di Indonesia, yaitu Debus, merupakan kesenian bela diri masyarakat Sunda Banten di Provinsi Banten. Kesenian ini juga menyebar ke wilayah Parahyangan.
Dilansir dari wikipedia, kesenian ini mempertunjukan kemampuan manusia yang kebal terhadap senjata tajam, air keras, dan lain-lain.
Kesenian ini berawal pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin dari Banten pada abad ke-16 (1532-1570).
BACA JUGA:Kehadiran Suku Bunian Misterius Ditandai dengan Aroma Kentang Goreng
Pada zaman Ageng Tirtayasa dari Banten (1651—1692), debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat Banten melawan penjajah Belanda pada masa itu. Kesenian debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara.
Seni bela diri Desbus berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Banten.
Saat itu, suku-suku di nusantara masih menganut animisme yang diajarkan dalam agama Hindu-Buddha.
BACA JUGA:Cara Suku Himalaya Agar Cepat Hamil, Sebelum Menikah Berhubungan dengan 20 Pria
Para penyebar agama Islam seperti Wali Sanga lantas menggunakan medium debus sebagai sarana untuk memperlihatkan kekuatan Islam.
Nurrudin Ar-Raniry, salah seorang tokoh muslim dari Tarikat al-Rifa’iyah adalah yang pertama mengenalkan agama Islam melalui atraksi debus.
Ia menunjukkan kekuatan dengan melukai diri sembari membaca doa-doa dari kitab suci Alquran sebagai upaya memohon keselamatan.
Ada juga yang menyebutkan debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu.
BACA JUGA:Tradisi Pemakaman Langit, Jenazah Suku Tibet Menjadi Makanan Burung
Yang lainnya menyebutkan bahwa debus berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908).
Layaknya atraksi menegangkan lainnya, debus juga tak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Pemain haruslah orang yang sudah terlatih dan menjalani ritual sebelum atraksi.