Pada masa kolonial Belanda, tari kebagh sempat dilarang hingga tahun 1900-an. Setelah kemerdekaan, Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno pernah berkunjung ke Pagar Alam dan disambut tari kebagh.
Pada 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) menetapkannya sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
Pertunjukan tari kebagh biasanya didahului dengan ritus-ritus yang dianggap sakral. Sebelum menari, para penari melakukan ritual menabur beras kunyit, yang artinya "meminta izin kepada bidadari untuk menarikan tarian".
BACA JUGA:Tidak Disangka Suku Batak Pemilik Ilmu Gaib Paling Sakti, Dinobatkan Jadi Ketua Paranormal Dunia
Menurut kepercayaan masyarakat Besemah, sebagaimana dicatat dalam dokumen Kemendikbud, tari ini hanya ditarikan oleh perempuan yang sedang suci haid (tidak dalam keadaan haid) dan hati yang bersih (tidak sedang memikirkan duniawi).
Juga disebutkan tari ini meceritakan bidadari yang turun ke bumi, tidak bisa lagi kembali ke surga dan akhirnya menikah dengan manusia.
Orang Pasemah memiliki ciri fisik yang berbeda dengan orang Melayu pada umumnya.
Suku Pasemah memiliki ciri fisik perpaduan antara Jawa dan Lampung. Selain itu suku Pasemah dikenal sebagai suku dengan teknologi yang lebih maju pada zaman dahulu.
BACA JUGA:Ritual Kawalu Suku Baduy, Penyucian Diri Yang Tidak Bisa Dilihat
Mereka mengadopsi sistem irigasi untuk mengairi sawah mereka. Suku Pasemah selalu menjadi petani yang cerdas. Masyarakat di sekitarnya masih menggunakan sistem kuno, namun suku Pasemah sudah mengenal irigasi.
Hasil bumi biasanya sayuran, buah-buahan, kopi, cengkeh dan lada. Hingga saat ini suku Pasemah di Pagaralam pun merupakan penghasil kopi terbaik di Indonesia.*