Suku Mandailing tersebar di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Pasaman Barat.
Beberapa marga yang terdapat di Suku Mandailing meliputi: Batubara, Dalimunthe, Daulay, Harahap, Hasibuan, Lubis, Mardia, Nasution, Parinduri, Pulungan, Rambe, Rangkuti, Rao, dan lainnya.
BACA JUGA:8 Suku Asli Kalimantan Terkenal Wanitanya yang Cantik Mirip Keturunan Tionghoa
Mayoritas suku Batak Mandailing beragama Islam, karena pengaruh Kaum Padri yang berasal dari Minangkabau, bahkan Mandailing merupakan satu diantara dua sub suku Batak yang mayoritas beragama Islam.
Orang Kristen Mandailing saat ini hanya sekitar 1%, dan hampir semua Mandailing Kristen bersinode di GKPA, yang bersamaan dengan suku Batak Angkola yang beragama Kristen, karena Angkola dan Mandailing juga memiliki beberapa persamaan yang memungkinkan orang-orang Angkola dan Mandailing Kristen berada di bawah sinode Gereja yang sama.
Pakaian adat Batak Mandailing juga hampir serupa dengan Batak Toba yaitu menggunakan kain ulos. Perbedaan yang paling terlihat ada pada kain ulos yang dililitkan pada bagian tengah badan, juga pada hiasan kepala pada pria dan wanita. Hiasan kepala pria Batak Mandailing memiliki bentuk khas dan berwarna hitam yang disebut ampu.
Sementara untuk wanita hiasan kepala disebut bulang yang diikatkan ke kening. Bulang tersebut terbuat dari emas, tetapi sekarang sudah banyak yang terbuat dari logam dengan sepuhan emas. Bulang mengandung makna sebagai lambang kebesaran atau kemuliaan sekaligus sebagai simbol dari struktur masyarakat.
BACA JUGA:Mengenal Suku Mentawai Salah Satu Suku Tertua, Bertato Jadi Tradisi
Nama rumah adat Mandailing sendiri adalah Bagas Godang. Bagas yang berarti rumah sementara Godang berarti banyak. Kawasan Mandailing terkenal juga dengan wisata alamnya yang cukup memukau. Rumah Adat Mandailing juga dapat ditemukan di kabupaten Mandailing Natal sebagai bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas.
Rumah adat ini kemudian biasa disebut juga dengan Bagas Godang. Dimana Bagas dalam bahasa mandailing bermakna rumah, sementara godang berarti banyak.
Batak Angkola
Sebaran Suku Batak Angkola berada di wilayah selatan Tapanuli, yakni meliputi kabupaten Tapanuli Selatan, kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas Utara, kota Padang Sidempuan, dan sebagian kabupaten Mandailing Natal. Suku Batak Angkola memiliki hubungan kekerabatan (tarombo) dengan marga-marga Batak Toba dan Batak Mandailing.
Mayoritas Suku Batak Angkola menganut agama Islam. Namun terdapat sebagian kecil yang menganut agama Kristen Protestan, GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola) merupakan gereja basis bagi orang Batak Angkola yang menganut agama Kristen Protestan, dan banyak tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Tapanuli Utara.
Pakaian adat Batak Angkola hampir serupa dengan busana adat Batak Mandailing. Yang membedakan adalah pakaian wanita didominasi dengan warna merah dan dikenakan dengan selendang yang disalempangkan pada badan.
BACA JUGA:Sejarah dan Aturan Suku Kubu atau Orang Rimba, Berduaan Dihukum Dikawin Paksa
Hiasan kepalanya mirip dengan Batak Mandailing. Untuk pria memakai penutup kepala disebut ampu. Ampu memiliki bentuk khas, dan merupakan mahkota yang biasanya digunakan raja-raja di Mandailing dan Angkola pada masa lalu. Warna hitam ampu mengandung fungsi magis, sedangkan warna emas mengandung lambang kebesaran. Sementara untuk wanita, memakai hiasan kepala berupa bulang berwarna emas.