Melansir GNFI, berbeda dengan prosesi pemakaman orang dewasa Suku Toraja lain, pasilliran adalah tradisi pemakaman bayi, khususnya yang meninggal sebelum tumbuh gigi.
Bayi-bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi tidak dikubur di tebing-tebing atau gua, tetapi dimakamkan di sebuah pohon besar yang diameternya bisa 100 cm yaitu pohon tarra.
Suku Asmat
Dikenal sebagai salah satu suku terbesar di Papua, Suku Asmat menyimpan begitu banyak kearifan dan kekayaan budaya yang terkandung dalam setiap aspek hidup mereka.
Suku yang disinyalir adalah keturunan dewa ini sangat menghormati alam dan para leluhur mereka. Penghormatan itu tergambarkan dari pakaian dan aksesori yang mereka gunakan, kesenian, ukiran, serta lagu-lagu mereka.
BACA JUGA:177 Marga Suku Batak Toba dari 8 Suku di Sumatera Utara
Suku Asmat dikenal dengan keahliannya dalam seni ukir. Menurut mereka memahat ada campur tangan roh (leluhur).
Mereka percaya bahwa keahlian tersebut didapat sebagai keturunan dari Dewa Fumeripitsy. Ukiran menjadi media untuk menceritakan kisah-kisah kehidupan spiritual, masa lalu nenek moyang, hingga peraturan adat demi kelangsungan tradisi.
Selain itu, dalam tradisi suku Asmat dikenal juga bangunan bernama Rumah Bujang atau biasa disebut dengan Jew. Rumah ini merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan suku Asmat.
BACA JUGA:8 Suku Asli Kalimantan Terkenal Wanitanya yang Cantik Mirip Keturunan Tionghoa
Jew ialah rumah utama, tempat segala aktivitas suku Asmat dilakukan. Saking pentingnya, ketika hendak mendirikan Jew harus diadakan upacara khusus terlebih dahulu. Hanya para pria yang belum menikah yang boleh tinggal di rumah Jew, Kecuali ketika ada acara besar, perempuan sesekali boleh masuk ke dalam Jew.
Suku Sasak, Lombok
Satu lagi suku di Indonesia yang unik, yakni suku Sasak di Lombok. Suku ini selain dikenal dengan olahan kain tenun yang berkualitas, setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun (dalam bahasa Sasak disebut Sèsèk), pun memiliki tradisi pernikahan yang cukup unik.
Dalam tradisi Sasak, seorang laki-laki harus menculik seorang perempuan untuk dijadikan pengantinnya. Laki-laki tersebut harus menempatkan perempuan tersebut keluar dari desa Sade selama 3 hari lamanya. Biasanya mereka akan menitipkan perempuan tersebut di rumah-rumah kerabat di daerah Mataram.
BACA JUGA:5 Suku Penghasil Cowok Ganteng, Ladies Harus Tahu
BACA JUGA:Mengenal Suku Mentawai Salah Satu Suku Tertua, Bertato Jadi Tradisi