Ilmuwan Daniel Perret dalam bukunya berjudul 'Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut' menjelaskan, penolakan ini disebabkan oleh perbedaan agama, karakter, serta tingkat pendidikan di kalangan orang-orang Tapanuli.
Bahkan sampai sekarang aturan tersebut masih berlaku, setelah melalui proses pengadilan Mahkamah Syariah Islam dan juga Mahkamah Raad Van Justice di Medan. Jika Anda melewati Jalan Katamso, di sana masih terdapat sebuah plang yang bertuliskan 'Pemakaman Mandailing Sungai Mati'.
BACA JUGA:Suku Minangkabau, Sejarah dan Tradisi Yang Melegenda
BACA JUGA:15 Suku Sumatera Barat, Malaysia dan 4 Provinsi Ini Masuk Kerajaan Minangkabau
Orang Mandailing cukup unik, karena secara genetis mereka orang Batak, namun untuk mindset maupun pola hidup, mereka mirip seperti Suku Minangkabau. Orang Mandailing banyak menekuni sektor perdagangan layaknya orang Minang.
Bahkan tak jarang juga dari mereka akan merantau ke kota-Kota besar untuk berdagang di sana. Maka tidak heran jika orang-orang asli Medan yang berdagang adalah orang Tionghoa, Minang, dan Mandailing.
Perbedaan agama orang Batak pada umumnya, salah satu yang membuat Mandailing enggan menjadi bagian dari mereka. Hal ini juga berkaitan dengan beberapa budaya Batak yang dianggap bertentangan dengan keyakinan mereka.
BACA JUGA:4 Suku Utama, Sumbar Miliki 72 Suku dan 12 Suku di Negeri Sembilan Malaysia
Misalnya saja karena mayoritas dari Batak adalah menganut agama Kristen, sehingga anggapan jika 'belum dikatakan Batak kalau belum makan babi dan minum tuak' membuat orang Mandailing merasa terasing dari adat dan kebudayaan Batak itu sendiri.
Demikian penjelasan singkat mengenai mengapa orang Mandailing enggan dipanggil Batak. Tujuannya hanya untuk menambah ilmu terkait dengan keberadaan suku dan sejarahnya yang unik di Indonesia. Jika ada kesalagan penulisan atau penyebut dan lainnya akan dievaluasi di konten berbeda. Semoga bermanfaat.*