RADARMUKOMUKO.COM - Namanya cukup dikenal dan sering disebut-sebut, siapakan sosok Sulianti Saroso?.
Namanya disematkan pada Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI), yang dibangun secara representatif di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Sosoknya menjadi perbincangan, baik di media penyiaran dan media sosial. Kaitannya dengan wabah Covid-19 yang kini sedang meneror masyarakat dunia.
BACA JUGA:Link Download WhatsApp GB Terbaru Juni 2023 Bisa Melihat Story yang Sudah Dihapus
BACA JUGA:Mengenal Suku Batak Memiliki Hampir 500 Marga
Dilansir dari indonesia.go.id, dalam catatan sejarah kebijakan bidang kesehatan di Indonesia, Profesor Dokter Sulianti Saroso, MPH, PhD, adalah nama penting untuk setidaknya dua urusan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta keluarga berencana (KB).
Ia peneliti dan perancang kebijakan kesehatan, dan tidak tertarik menjadi dokter praktek.
Dokter Sulianti Santoso pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan, dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) pada 1967.
Ia juga merangkap sebagai Direktur Lembaga Riset Kesehatan Nasional (LRKN). Dalam posisi itu, Profesor Sulianti memberikan perhatian besar pada Klinik Karantina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Klinik itu telah dikembangkannya menjadi RS penyakit menular sekaligus untuk keperluan riset penyakit menular.
Tidak cukup dengan observasi di RS karantina di Tanjung Priok, Dokter Sulianti pun membangun pos-pos kesehatan masyarakat di berbagai lokasi. Dari observasi lapangan itu lantas lahir rekomendasi-rekomendasi. Di antaranya, vaksinasi massal, vaksinasi reguler (untuk anak usia dini), pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, produksi cairan “Oralit” untuk korban dehidrasi akibat diare, ditambah perencanaan dan pengendalian kehamilan.
Menjelang masa pensiun di pertengahan 1970-an, Profesor Sulianti aktif sebagai konsultan untuk lembaga internasional WHO dan Unicef. Posisi itu membuatnya sering melakukan perjalanan keluar negeri.
Pascapensiun, ia pun terus diminta menjadi tim penasihat untuk Menteri Kesehatan. Dalam posisi itu, ia terus mengawal gagasan-gagasannya tentang tata kelola kesehatan masyarakat, KB, dan pengendalian penyakit menular.
Salah satu ide yang terus dikawalnya ialah mengembangkan RS Karantina Tanjung Priok menjadi RS Pusat Infeksi dengan teknologi terbaru, piranti mutakhir, serta sumber daya manusia yang mumpuni.
BACA JUGA:8 Suku Asli Sumatera Utara, Salah Satunya Enggan Disebut Orang Batak
BACA JUGA:4 Suku Utama, Sumbar Miliki 72 Suku dan 12 Suku di Negeri Sembilan Malaysia