Puluhan Tahun Jual Beras Keliling, Air Mata Janda Tua Ini Mengalir Ceritakan Kisah Hidupnya

Minggu 21-05-2023,17:13 WIB
Reporter : Ibnu Rusdi
Editor : Ibnu Rusdi

‘’Sudah 38 tahun mak berjualan beras keliling pasar, sejak laki mak meninggal di tahun 1985. Ingin hidup, anak ingin diberi makan,’’ ungkap Butni.  

Tanpa terasa, air mata Butni tampak mengalir, saat melanjutkan kisahnya. Ketika masih kuat dulu, diakuinya jualan beras keliling sampai ke daerah Ipuh, Tunggang, Penarik. 

Namun sejak usia sudah menginjak semakin tua, tenaga mulai berkurang. Jadi hanya jualan keliling pasar yang jaraknya dekat saja.

‘’Ketika itu, setiap ke pasar berjualan, anak mak yang bungsu ketika itu masih bayi, tetap dibawa bersama mak. Maklumlah, kalau tak kerja, mak mau makan apa. Sekarang keduanya sudah besar, tapi mak tetap mencari biaya untuk makan sehari-hari dengan berjualan,’’ rintihnya. 

Yang lebih bikin Butni merintih, selama ini dirinya belum pernah tersentuh bantuan dari pemerintah, termasuk bantuan dari pemerintah desa. 

BACA JUGA:Turis Asing Lebih Suka Wisata Ke Bali Dari Jakarta, Ini Kenyataanya

Meyakinkan, Butni mengaku dirinya belum pernah mendapatkan BLT-DD, Program Keluarga Harapan (PKH) maupun bantuan sosial dalam bentuk lainnya. 

‘’Yang namanya bantuan dari pemerintah, belum pernah mak rasakan. Mak keluarga tidak mampu, tapi belum ada yang peduli dengan nasib mak,’’ ujarnya. 

‘’Setiap tahun mak diminta bayar pajak PBB. Ya, mak bayar. Tapi sebaliknya, mak tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah,’’ urainya. 

Di usia yang sudah senja ini, ia menginginkan mencoba istirahat untuk berjualan. Namun apa daya, kata Butni, tak berjualan tak ada hasil. 

‘’Kalau berat ya memang berat. Terkadang yang beli beras sama mak, juga minta diantarkan sampai ke motornya. Mau tidak mau tetap mak kerjakan. Ya, ketika sepulang dari pasar, badan sering terasa sakit. Tapi mak tetap tidak mengeluh dengan apa yang dirasakan,’’ terangnya. 

BACA JUGA:Turis Asing Lebih Suka Wisata Ke Bali Dari Jakarta, Ini Kenyataanya

Masih Butni, untuk tahun ini, cucunya sudah tamat SMK dan ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Cucunya ini juga bagian dari tanggung jawab dirinya, karena ayah dari cucunya sudah lama pergi meninggalkan rumah.

‘’Sekarang ini, yang bikin mak pusing. Cucu mak mau kuliah. Uang pas-pasan untuk makan. Mak takut, cucu mak kecewa, sementara dia (cucu) memiliki kemauan kuat untuk kuliah. Tapi kami keluarga terkendala biaya. Hanya berserah diri dan berdoa saja, mudah-mudahan ada jalannya,’’ demikian Butni. *

Kategori :