Harga Kebutuhan Rumah Tangga Makin Tinggi, Emak-emak Mulai Panik

Kamis 19-01-2023,11:00 WIB
Reporter : Sahad Abdullah
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM – Sejak beberapa waktu lalu, terutama pasca kenaikan Bahan Bakar Minyak (BMM). Berbagai kebutuhan rumah tangga ikut naik. 

Mulai dari harga Sembilan Bahan Kebutuhan Pokok (Sembako) hingga harga kebutuhan primer. Tidak terkecuali, harga sayur-mayur juga naik drastis.

Disisi lain, pendapatan masyarakat tidak ada kenaikan, sedangkan pengeluaran meningkat. 

Kondisi ini membuat Emak-emak atau Ibu Rumah Tangga (IRT) mulai panik. Mereka mengaku kesulitan mengatur keuangan rumah tangga. 

Sebagai gambaran, harga beras yang awalnya Rp 100 ribu per 10 kilogram, naik menjadi Rp 115 ribu. Harga 1 kilogram terong, awalnya Rp 5 ribu, menjadi Rp 16 ribu. Harga 1 ikat kangkung, naik dari seribu rupiah, menjadi lima ribu rupiah.

BACA JUGA:Alamak..., Telur Besar Tak Bisa Goyang, Dibanderol Rp55 Ribu

BACA JUGA:Kontrak Honor Daerah Diperpanjang, Tapi Tidak Semua, Ini Penjelasannya

“Uang sepertinya tidak ada nilainya. Semua barang serba mahal,” ujar salah seorang IRT, Parjiyah.

Ibu empat orang anak ini menyampaikan, beberapa waktu lalu, harga sayur-mayur sempat melonjak tajam. Ketika itu, kenaikan dipicu kenaikan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. 

Ketika harga sawit mencapai Rp 3 ribu per kilogram di petani, harga 1 ikat sayur mencapai Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu. Seiring dengan menurunnya harga sawit, harga sayuran juga turun. 

Ketika harga sayur mendekati normal, pemerintah menaikkan harga BBM. Dan harga-harga kembali naik. Ketika kenaikan harga dipicu harga BBM, maka harapan untuk turun, kecil.

“Selaku wong cilik, kami hanya bisa mengeluh, untuk mengurangi beban pikiran. Pada akhirnya pasrah dengan kondisi yang ada,” tambah Parjiyah.

Hal senada disampaikan oleh IRT lainnya, Sunarti. Ia mengatakan, sekarang tidak hanya sekedar mengencangkan ikat pinggang. Tapi harus hemat di semua lini. Dan ada sisi yang tidak bisa dihemat, salah satunya biaya anak sekolah. 

“Semua sisi sudah coba dihemat, demi untuk tetap bertahan hidup,” ungkap Narti.

Salah seorang pedagang sayur keliling, Suginem, mengatakan, sayur yang dibawa, sebagian berasal dari luar daerah. Di antaranya dari Kerinci. Jarak yang jauh, butuh biaya transportasi. 

Kategori :