Sekdes: Desa Kami Tidak Terlihat Oleh Pemerintah

Selasa 18-10-2022,10:00 WIB
Editor : Radar Mukomuko

Keluhan Warga Lubuk Selandak 

RADARMUKOMUKO.COM – Tauke dan petani sawit, Desa Lubuk Selandak, Kecamatan Teramang Jaya, melakukan Gotong-royong (Goro). Mereka bahu-membahu memperbaiki jalan utama desa. Jalan yang berlobang ditutup menggunakan batu pecahan. Warga berbagi tugas. Sebagian mengangkut batu menggunakan mobil, kemudian diturunkan di jalan yang kerap becek saat hujan. Sebagian warga lain memecah batu tersebut, agar jalan menjadi padat. Goro ini merupakan kegiatan rutin, sekali dalam sebulan. Dilaksanakan setiap Jumat, minggu keempat. Peningkatan dan perawatan jalan menjadi prioritas. Pasalnya Lubuk Selandak, merupakan salah satu desa yang sangat minim pembangunan dari pemerintah daerah. Terutama peningkatan jalan.

‘’Desa kami (Lubuk Selandak, red) sepertinya tidak terlihat oleh pemerintah,’’ ujar Sekdes Lubuk Selandak, Yuza, S.Pd saat dihubungi kemarin.

Yuza juga menyampaikan, Goro warga ini sudah dilakukan sepanjang tahun. Bentuknya berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan. Sasaran Goro merupakan fasilitas umum, baik tempat pendidikan, tempat ibadah dan sebagainya. Perawatan jalan menjadi hal yang paling sering dilakukan. Selain memberikan waktu dan tenaga, warga, khususnya tauke sawit, mengeluarkan uang demi kondisi jalan yang lebih layak.

‘’Untuk beli material dan mengakut sampai lokasi, sebagian warga, tauke sawit, iuran. Kemudian warga bersama-sama meratakan material untuk memadatkan jalan,’’ tambah Yuza.

Disampaikan Yuza, ada sekitar 178 Kepala Keluarga (KK) dan 569 jiwa di Lubuk Selandak. Panjang jalan desa sekitar 5 kilometer. Sebagian besar jalan masih berupa tanah merah. Tanjakan dan turunan curam. Pada titik tertentu, jalan ditimbun menggunakan koral dan batu pecah, hasil Goro warga. Sebagian kecil sudah dirabat menggunakan Dana Desa (DD). Lubuk Selandak diapit dua sungai besar. Yakni Sungai Bantal Kanan, dan Sungai Bantal Kiri. Sungai Bantal Kanan, terdapat jembatan gantung, dan bisa dilalui kendaraan roda 4. Sedangkan Sungai Bantal Kiri, harus menyeberangi sungai. Jika arus sungai normal, bisa menyeberang menggunakan rakit. Ketika air sungai surut, sungai bisa diseberangi menggunakan truck. Ketika sedang banjir, jalur Sungai Bantal Kiri, tidak bisa dilalui. Rakit tidak berani beroperasi. Apalagi truck, tidak bisa menyeberangi sungai. Satu-satunya akses keluar dan masuk desa, melalui jalur Sungai Bantal Kanan. Jalan yang berlumpur dan tanjakan tinggi, menjadi kendala tersendiri.

‘’Sering terjadi, sawit petani busuk di lahan. Sudah terlanjur dipanen, curah hujan tinggi. Sudah hal yang biasa, sawit terlambat dipanen, hingga menjadi brondolan semua. Ini derita yang kami alami,’’ papar Yuza.

Hal senada disampaikan oleh Camat Teramang Jaya, Abdul Hadi, S.Sos. Ia mengatakan, pada Minggu (16/10) menyempatkan diri ke Lubuk Selandak. Menghadiri pengajian rutin bulanan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Juga silaturahmi dengan warga Lubuk Selandak. Ia bisa merasakan betapa sulitnya warga Lubuk Selandak keluar dan masuk desa. Camat berharap, pembangunan jembatan menuju Lubuk Selandak, segara dilanjutkan. Setelah jembatan selesai, setidaknya bisa menjadi pintu masuk untuk pembangunan selanjutnya.

‘’Warga sangat berharap, tahun-tahun berikutnya pemerintah memiliki dana untuk membangun Lubuk Selandak. Setidaknya melanjutkan pembangunan jembatan dulu. Yang lain menyusul,’’ demikian Abdul Hadi.(dul) 

Kategori :