Benarkah Tes Kepribadian MBTI Akurat? Begini Menurut Ahli

Benarkah Tes Kepribadian MBTI Akurat? Begini Menurut Ahli--
RMONLINE.ID – Tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) telah menjadi salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk mengidentifikasi kepribadian seseorang. Tes ini membagi individu ke dalam 16 tipe kepribadian berdasarkan empat kategori utama: Introvert (I) vs. Ekstrovert (E), Intuition (N) vs. Sensing (S), Thinking (T) vs. Feeling (F), dan Judging (J) vs. Perceiving (P).
Meskipun begitu, pertanyaan mengenai akurasi tes ini sering kali muncul di kalangan para psikolog dan masyarakat umum. Benarkah MBTI dapat menggambarkan kepribadian seseorang dengan akurat? Ataukah tes ini hanya sekadar alat hiburan yang tidak terlalu serius?
Asal Usul Tes MBTI dan Popularitasnya
Tes MBTI diciptakan oleh Isabel Briggs Myers dan ibunya, Katharine Cook Briggs, pada masa Perang Dunia II. Tujuan awal dari tes ini adalah untuk membantu wanita menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian mereka dalam lingkungan kerja yang sangat didominasi oleh pria pada saat itu. Seiring berjalannya waktu, tes ini berkembang pesat dan kini digunakan di berbagai sektor, mulai dari pengembangan diri, pendidikan, hingga dunia korporasi.
BACA JUGA:Apa Itu Ikan Anglerfish? Hewan Misterius yang Menghebohkan Sosial Media
BACA JUGA:5 Negara dengan Anak Muda Paling Berpendidikan Tinggi di Dunia, Ada Indonesia?
Karena proses yang relatif mudah, banyak orang merasa tes MBTI dapat memberikan gambaran yang jelas tentang diri mereka. Dalam waktu singkat, tes ini mengkategorikan mereka menjadi tipe-tipe kepribadian yang mudah dipahami. Hal inilah yang membuat MBTI sangat populer dan sering digunakan sebagai sarana untuk mengeksplorasi kepribadian. Namun, meskipun banyak orang menganggap tes ini berguna, benarkah hasilnya selalu akurat dan dapat diandalkan?
Benarkah Tes MBTI Akurat?
Menurut banyak ahli, tes MBTI tidak sepenuhnya akurat dan tidak dapat sepenuhnya dipercaya untuk menggambarkan kepribadian manusia. Salah satu kritik utama terhadap MBTI adalah adanya ketidakakuratan dalam hasil tes yang didapatkan. Adam Grant, seorang profesor psikologi dari University of Pennsylvania, menyatakan bahwa tes MBTI sering kali memberikan hasil yang tidak konsisten. Seseorang yang mengikuti tes MBTI pada waktu yang berbeda bisa mendapatkan hasil yang berbeda, meskipun orang tersebut tidak mengalami perubahan signifikan dalam hidup mereka.
Hal ini berbanding terbalik dengan sifat kepribadian manusia yang sangat dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Kepribadian bukanlah sesuatu yang statis, dan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal dan internal, seperti pengalaman hidup, lingkungan sosial, atau perubahan dalam diri seseorang. Dengan tes MBTI yang cenderung mengklasifikasikan seseorang ke dalam dua kategori yang bersifat oposisi (misalnya, introvert vs. ekstrovert), hal ini bisa menyederhanakan kompleksitas kepribadian manusia yang jauh lebih nuansa.
BACA JUGA:Atasi Burnout Dengan 7 Trik Ampuh Berikut, Rasakan Waktu Santai Berkualitas
BACA JUGA:Heran Anak Sudah Dididik dengan Benar, Kok Malah Nakal? Baca 5 Faktor Ini
Salah satu kritik utama terhadap MBTI adalah cara tes ini mengklasifikasikan kepribadian dalam bentuk dikotomi atau dua pilihan yang saling bertentangan. Contohnya, tes ini mengategorikan seseorang sebagai introvert atau ekstrovert tanpa mempertimbangkan kenyataan bahwa banyak orang bisa berada di tengah spektrum tersebut. Misalnya, seseorang bisa merasa nyaman dalam situasi sosial (ekstrovert) tetapi juga membutuhkan waktu untuk menyendiri dan mengisi ulang energi (introvert). MBTI tidak mengakomodasi kenyataan ini dengan cukup baik.
Michael Ashton, seorang profesor psikologi dari Brock University, Kanada, menjelaskan bahwa sebagian besar orang sebenarnya terletak di tengah-tengah spektrum kepribadian tersebut, bukan di ujung yang sangat ekstrim. Kepribadian manusia lebih bersifat spektrum dan dapat berubah dalam konteks tertentu, sehingga mengklasifikasikan seseorang ke dalam kategori yang kaku bisa jadi kurang mencerminkan kompleksitas kepribadian yang sesungguhnya.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: