Mengenal Suku Melayu Pasemah Penghuni Gunung Dempo Sumatera Selatan dan Banyak di Bengkulu

Mengenal Suku Melayu Pasemah Penghuni Gunung Dempo Sumatera Selatan dan Banyak di Bengkulu

Mengenal Suku Melayu Pasemah Penghuni Gunung Dempo Sumatera Selatan dan Banyak di Bengkulu-Istimewa-Berbagai Sumber

Bahasa tersebut masih tergolong ke dalam bahasa Austronesia rumpun bahasa Melayik. Ciri khas dari bahasa ini sama dengan bahasa Melayu lainnya yaitu dengan mengubah huruf “a” di akhir menjadi huruf “e”.

Salah satu kesenian sakral suku Pasemah yaitu, Tari Kebagh atau dulunya dikenal sebagai Tari Semban Bidodari. Tari ini bercirikan gerakan membuka lebar kedua tangan seperti mengebarkan sayap. 

Tari ini biasanya dipertunjukkan untuk penyambutan tamu terhormat dalam upacara adat. Tari ini merupakan jenis tarian tunggal sehingga dapat ditarikan secara massal maupun jumlah yang tidak ditentukan. 

Kata "kebagh" berasa dari bahasa Basemah, yang berarti mengebarkan sayap, sedangkan "semban bidodari" merujuk pada selendang besar yang digunakan oleh penari. 

Pada masa kolonial Belanda, tari kebagh sempat dilarang hingga tahun 1900-an. Setelah kemerdekaan, Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno pernah berkunjung ke Pagar Alam dan disambut tari kebagh. 

Pada 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) menetapkannya sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. 

Pertunjukan tari kebagh biasanya didahului dengan ritus-ritus yang dianggap sakral. Sebelum menari, para penari melakukan ritual menabur beras kunyit, yang artinya "meminta izin kepada bidadari untuk menarikan tarian". 

Menurut kepercayaan masyarakat Besemah, sebagaimana dicatat dalam dokumen Kemendikbud, tari ini hanya ditarikan oleh perempuan yang sedang suci haid (tidak dalam keadaan haid) dan hati yang bersih (tidak sedang memikirkan duniawi).

Juga disebutkan tari ini meceritakan bidadari yang turun ke bumi, tidak bisa lagi kembali ke surga dan akhirnya menikah dengan manusia.

Orang Pasemah memiliki ciri fisik yang berbeda dengan orang Melayu pada umumnya.  

Suku Pasemah memiliki ciri fisik perpaduan antara Jawa dan Lampung. Selain itu suku Pasemah dikenal sebagai suku dengan teknologi yang lebih maju pada zaman dahulu. 

Mereka mengadopsi sistem irigasi untuk mengairi sawah mereka. Suku Pasemah selalu menjadi petani yang cerdas. 

Masyarakat di sekitarnya masih menggunakan sistem kuno, namun suku Pasemah sudah mengenal irigasi.  

Hasil bumi biasanya sayuran, buah-buahan, kopi, cengkeh dan lada. Hingga saat ini  suku Pasemah di Pagaralam pun merupakan penghasil kopi terbaik di Indonesia.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: