Viral! Caleg Berniat Jual Ginjal Untuk Biaya Kampanye, Ini Bahayanya
Viral! Caleg Berniat Jual Ginjal Untuk Biaya Kampanye, Ini Bahayanya--
RADARMUKOMUKO.COM - Politik butuh biaya yang tidak sedikit. Inilah yang tengah dirasakan oleh para calon anggota legislatif (Caleg) yang sedang berjual.
Bahkan ada kabar di media sosial di Kabupaten Bondowoso, seorang caleg ingin menjual atau mendonorkan ginjalnya demi mendapatkan biaya politik.
Adapun yang membuat cosh politik menjadi tinggi, karena aktivitas seorang caleg dan timnya yang tinggi. Kemudian untuk pembuatan alat peraga kampanye seperti baliho, spanduk dan bahan kampanye lainnya.
BACA JUGA:Caleg Boleh Bagikan 13 Bahan Kampanye Maksimal Nilainya Rp 100 Ribu, Sembako Termasuk Politik Uang
Juga setiap mengumpulkan massa, caleg harus menyediakan biaya kosumsi yang cukup, agar pemilih merasa yakin.
Apalagi jika terjadi money politik, membuat dana yang harus dikeluarkan seorang caleg semakin tinggi.
Mengutib dari um-surabaya.ac.id, video viral seorang caleg ingin menjual ginjal ini direspon oleh Firman Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya.
Menurut Firman ini hal yang sangat sangat miris jika dilakukan, sebab donor ginjal dengan tanpa indikasi medis tertentu, akan sangat berbahaya.
Karena ginjal memiliki tanggung jawab besar dan sangat vital bagi tubuh. Beberapa fungsi tersebut diantaranya, membuang racun atau sampah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin, selain itu menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan serta menjaga tekanan darah agar tetap dalam rentan normal.
BACA JUGA:Caleg Harus Tahu, Ini Sanksi Berat Jika Terbukti Melakukan Politik Uang
"Ini justru akan menimbulkan beban ekonomi keluarga yang tidak murah, sebab seseorang yang hidup dengan satu ginjal, risiko mengalami masalah kesehatan ginjal makin besar," kata Firman.
Sementara di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, tahun 2020), sebanyak 1.602.059 jiwa mengalami gagal ginjal, kasus rata-rata beusia di atas 20 tahun.
Dan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan adalah hemodialisis atau cuci darah (HD) (97%), peritoneal dialysis (2%), dan transplantasi atau donor ginjal (1%).
Terapi transplantasi atau donor ginjal dulu kurang diminati, namun belakangan ini angkanya terus meningkat. Bahkan beberapa penelitian di dunia menyebutkan bahwa donor ginjal banyak dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, dan donor dilakukan di negara berpendapatan tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: